Mohon tunggu...
Yulia W
Yulia W Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang sedang belajar menulis

Menulis adalah salah satu hobi yang saat ini saya tekuni, belajar berbagi lewat tulisan dan berharap mendapat manfaat darinya. Yuk, kita saling berbagi tulisan!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayo, Minta Maaf!

19 November 2024   20:18 Diperbarui: 19 November 2024   21:13 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejuknya udara mulai menyelimuti suasana pagi itu, cahaya mentari mulai menembus celah-celah ruangan dan memberikan kehangatannya. Zahira yang pagi itu kebagian piket sudah siap dengan sapu di tangan dan segera menyapu ruang kelasnya. 

Tak lama kemudian Salwa dan Mita datang membantu, Salwa dan Mita segera menyimpan tasnya dan segera mengambil lap pel, kemudian membantu Zahira mengepel lantai. Ketiga sahabat itu bekerja dengan penuh semangat, sehingga pekerjaannya lebih cepat selesai sebelum jam pelajaran di mulai. 

“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga!” kata Zahira.

“Jam masuk kelas masih lama, masih ada waktu untuk bermain.” kata Salwa.

“Iya, kita main dulu aja!” ajak Mita. 

“ Ayo!”  sahut Zahira dan Salwa.

Sambil menunggu masuk kelas, mereka pun bermain dahulu di depan kelasnya. Saat sedang asyik bermain tiba-tiba. Praanggg! Tedengar suara keras, ternyata kaca kelasnya pecah oleh bola. Saat itu, Mita yang sedang diam dekat jendela terkena percikan kaca dari jendela tersebut. Mita menangis kesakitan dan ketakutan karena tangannya berdarah. 

Anak-anak langsung berkumpul dan mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.  Salwa segera berlari ke ruang guru dan melaporkan kejadian itu pada bapak atau ibu guru. Lain lagi dengan Zahira, dengan wajah kesal dia berjalan ke arah lapang dan menghampiri anak-anak yang sedang bermain bola di lapang. 

“Siapa yang pecahkan kacanya?” tanya Zahira pada mereka. Mereka saling tuduh, dan tidak mau mengakui. Beberapa diantara mereka,  melirik pada sosok anak yang tinggi dan berambut ikal seolah dia pelakunya. 

“Kamu ya, Yud?” tanya Zahira. 

Yudi, hanya diam saja seolah dia tidak bersalah. Yah, Yudi memang terkenal nakal di sekolah. Dia sering membuat masalah, sudah sering diperingatkan guru tetapi tetap saja ada kenakalannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun