“Ibu sudah tahu, kok. Tadi ada yang melaporkannya dan Pa Abdul sudah memanggil Yudi.” kata Bu Ayu.
“Ya syukur bu, biar kapok. Ada aja masalah yang dibuatnya.” kata Salwa.
“Iya bu, tapi kenapa tiap dia melakukan kesalahan tidak mau meminta maaf dan seperti tidak punya salah aja. Bukankah itu tidak baik kan, Bu?” kata Zahira.
“Benar Zahira, itu tidak baik. Kalau kita bersalah hendaklah minta maaf. Dengan meminta maaf kita sudah berupaya memulihkan hubungan, menenangkan perasaan yang terluka atau yang dirugikan.” jawab Bu Ayu.
Zahira dan Salwa mengangguk seolah paham dengan apa yang disampaikan Bu Ayu.
“Ayo, anak-anak masuk kelas. Ayo, kita mulai belajar!” seru Bu Ayu, menyiapkan murid-muridnya agar segera masik kelas dan siap menerima pembelajaran.
Keesokan harinya Mita sudah masuk sekolah, Alhamdulillah lukanya tidak begitu parah walaupun tangannya harus dijahit untuk menghentikan pendarahannya. Zahira dan Salwa tenang dan lega, melihat kondisi sahabatnya yang terlihat baik.
“Mita!”, teriak Zahira dan Salwa sambil berlari menghampiri Mita yang baru tiba di kelas dan menyambutnya dengan pelukan.
“Mit, gimana lukanya?” tanya Zahira cemas.
“Alhamdulillah, udah membaik.” jawab Mita.
“Syukurlah!” kata Salwa lega.