Mohon tunggu...
Yulia Tri Handayani
Yulia Tri Handayani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis pemula

Hobi yang sedang diperjuangkan adalah membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Temu Buku di Hutan Kota GBK

17 November 2023   13:30 Diperbarui: 17 November 2023   17:30 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari minggu adalah hari dimana mayoritas orang libur bekerja. Ada yang memenfaatkan hari minggu untuk bersantai di rumah, membersihkan rumah, olahraga, dan melakukan kegiatan positif lainnya yang salah satu tujuan untuk menyegarkan pikiran setelah 6 hari berkutat dengan pekerjaan. Adapun salah satu tempat yang menjadi tujuan untuk menghabiskan waktu minggu pagi adalah ke Hutan Kota GBK.

Di lansir tirto.id, Hutan Kota GBK merupakan sarana alam terbuka buatan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyugukukan ruang terbuka hijau bagi warga kota Jakarta. Berada di tempat  yang strategis yaitu berada di kawasan GBK (Gelora Bung Karno) membuat hutan kota ini ramai dikunjungi, terlebih di hari minggu. Tempat inilah yang menjadi tujuan utamaku pada Minggu, 29 Oktober 2023.

Saya berangkat menggunakan moda transportasi commuter line untuk menuju ke Hutan Kota GBK. Setelah tiba di Stasiun Palmerah, turunlah Saya dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju ke sana. Selain mendapatkan keringat karena berjalan di bawah terik matahari pagi, Saya juga mendapatkan inspirasi untuk menulis selama perjalanan.

Ini adalah hari pertama saya mengunjungi Hutan Kota GBK. Walaupun saya telah beberapa kali pergi ke GBK, hutan kota ini belum pernah saya kunjungi. Setelah berjalan cukup jauh, saya belum menemukan plang menuju Hutan Kota GBK. Ada kebingungan dalam perjalanan karena Saya baru ingat bahwa belum mengisi data internet. Alhasil saya tidak bisa melihat google maps ataupun menghubungi teman-teman yang hadir kala itu. Akhirnya, Saya berjalan mengikuti lajunya mobil dan motor dari pintu masuk 11 GBK. Ada banyak sekali orang-orang yang berkunjung ke kawasan GBK. Ada yang sedang berolahraga, mengnjungi festival, dan piknik bersama keluarga ataupun seperti yang akan saya lakukan yaitu untuk bertemu teman-teman.

Di tengah perjalanan, Saya bertemu seorang satpam yang sedang bertugas mengatur jalan dan bertanya padanya arah menuju tempat yang dituju. Satpam itu kemudian mengarahkan jalan menuju kesana yang ternyata masih harus berjalan lagi dan melewati dua festival. Setelah berjalan cukup lama Saya pun sampai di Hutan Kota GBK. Namun, Saya kebingungan mencari posisi teman-teman Komunitas Buku Berjalan dan Ketapels. Setelah mencoba mencari di area hutan itu, akhirnya Saya menemukan salah satu kumpulan beralaskan karpet dan salah satu diantaranya terlihat wajah yang pernah saya lihat di grup WhatApps. Orang itu tak lain adalah Kak Visya, founder Buku Berjalan yang tengah duduk bersama 4 orang lainnya.

Komunitas Buku Berjalan adalah komunitas yang menjalankan buku dengan berbagai kegiatan seperti membaca, mereview, tukar buku, serta berdiskusi. Adapun Komunitas Ketapels merupakan komunitas penulis kompasiana atau kompasianer Tangerang Selatan Plus.

Kegiatan diawali dengan memperkenalkan diri satu sama lain. Namun, saya tiba di lokasi saat teman-teman dalam sesi kuis oleh Kak Denik dari Komunitas Ketapels. Kuis itu diberikan satu per satu untuk kami semua yang hadir, kecuali Kak Denik yang memberikan pertanyaan. Saat tibanya giliranku menjawab kuis, aku bingung karena keterbatasannya wawasanku membaca buku. Namun, akhirnya aku bisa menjawab satu pertanyaan dengan benar. "Sebutkan 3 buku yang ditulis oleh Penulis Asma Nadia yang berhasil difilmkan!" tanya Kak Denik. Kemudian, aku pun menjawab dengan perlahan. Di antara buku tersebut yaitu 'Surga yang tak dirindukan, Catatan Hati Seorang Istri, dan satu lagi Assalamualaikum Beijing'.

Dokumentasi Pribadi Kak Denik
Dokumentasi Pribadi Kak Denik

Kuis telah selesai, kami semua diberikan hadiah oleh Kak Denik karena telah menjawab pertanyaan dengan benar. Buku berjudul 'Tebet Ecopark (Dalam Perspektif SATUPENA DKI Jakarta)' terbitan penerbit Haura Utama adalah hadiah yang Saya dapatkan. Buku itu rupanya merupakan karya yang ditulis oleh Komunitas Satu Pena DKI Jakarta yang salah satu kontributor penulisnya adalah Kak Denik sendiri.

Selanjutnya kami pun melanjutkan sesi kegiatan membaca bersama yang menjadi poin utama berkumpulnya kami di Hutan Kota GBK. Selama kurang lebih 30 menit, Kami membaca buku yang telah dibawa dari rumah. Di tengah aktivitas membaca, kami pun bergeser ke tempat yang lebih adem karena cuaca yang panas. Ada salah satu wanita parubaya yang melihat dan bertanya tentang kegiatan yang sedang Kami lakukan yaitu temu buku. Menurutnya, komunitas Kami menarik dan unik karena Kami membaca buku di Hutan Kota GBK ketika mayoritas pengunjung yang datang hanya untuk berolahraga atau bersantai bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun