Mohon tunggu...
Yulia suhartatik
Yulia suhartatik Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa,jember,jawatimur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengelolaan SDM di Pesantren untuk Membangun Peradaban Bangsa

4 Juni 2020   10:07 Diperbarui: 4 Juni 2020   10:03 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disebut sub kultur karena pesantren memenuhi kriteria minimal jika dikembalikan kepada pokok dasarnya, yang meliputi aspek-aspek berikut: eksistensi pesantren sebagai lembaga menyimpang dari pola kehidupan umum di negeri ini, terdapatnya sejumlah penunjang yang menjadi tulang punggung kehidupan pesantren; berlangsungnya proses pembentukan tata nilai yang tersendiri dalam pesantren, lengkap dengan simbol-simbolnya; adanya daya tarik keluar, sehingga memugkinkan masyarakat sekitar menganggap pesantren sebagai jalan alternatif ideal bagi sikap hidup yang ada dimasyarakat itu sendiri; dan perkembangannya suatu proses pengaruh-mempengaruhi dengan masyarakat di luarnya, yang akan berakumulasi pada pembentukan nilai-nilai baru yang secara universal diterima oleh kedua belah pihak.

Pondok pesantren dalam kenyataannya sebagai sub kultur merupakan lembaga pendidikan dan sosial, mewujudkan proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional, secara historis, pondok pesantren bukan hanya bernuansa keislaman, tetapi juga merupakan salah satu bentuk budaya asli indonesia yang mempunyai potensi sosial yang paling ideal sebagai agent of change terhadap budaya masyarakat yang dinamis. 

Pesantren dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan lembaga-lembaga pendidikan islam tradisional dikawasan dunia islam dalam tradisi keilmuan pesantren. Dengan demikian, pada dasarnya pondok pesantren tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sosial dalam peran sertanya untuk membangun bangsa dan negara.

Adanya posisi penting yang dimiliki pesantren di indonesia menuntutnya untuk beperan aktif dalam setiap proses-proses pembangunan sosial baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pengembangan masyarkat yang dimilikinya. Seperti diketahui, pesantren selama ini dikenal sebagai fungsi dan misi profetisnya sebagai lembaga pendidikan untuk membebaskan peserta didiknya (santri) dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan, yang secara umum selama ini menjadi musuh dari dunia pendidikan. Para santri dalam menguasai ilmu pengetahuan dan keagamaan akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta pada proses pembangunan perubahan sosial menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna.

Selaras dengan pandangan pembangunan sebagai proses perubahan sosial, Ginanjar kartasasmita sebagaimana dikutip M. Sulton dan Moh. Khusnuridlo mengemukakan, bahwa hakekat pembangunan tiada lain merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara maju dan demokratis berdasarkan pancasila. Dalam konteks ini, pembangunan tidaklah hanya tugas pemerintah melainkan tugas bersama, antara pemerintah dan masyarakat. 

Dalam hal ini, pesantren adalah bagian dari struktur masyarakat, yang juga mempunyai tugas dan fungsi sama dalam membangun bangsa. Posisi pesantren disini adalah sebagai partisipan dalam pembangunan, mengingat pesantren bukanlah pihak yang secara langsung dapat merumuskan kebijakan pembangunan.

Pembinaan dan penguatan SDM adalah wujud nyata dari peran serta pesantren dalam pembangunan, terkait dengan penyiapan SDM peantren yang nantinya diharapkan bisa membawa perubahan, sehingga output yang dihasilkan benar-benar dapat ikut berkompetisi secara professional ditengah tuntutan zaman yang semakin maju, paling tidak ada beberapa langlah integratif yang dilakukan dalam rangka penyiapan SDM santri yang handal dan professional, langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 

Pertama, SDM pesantren harus mengacu kepada dua model perkembngan, berupa pemberian bekal secara teoritis yang berupa pengetahuan, dan kemampuan, kedua hal ini bisa diperoleh dan ditempuh melalui pendidikan formal(sekolahan), model perkembangan kedua pemberian bekal semacam keterampilan hidup, dengan cara pelatihan dan magang diperuahaan yang ditunjuk oleh mitra kerja pesantren.

Kedua, model pendidikan menuju SDM pesantren yang handal dan professional. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan penguatan-penguatan materi yang tidak terlepaskan dari kontekstualisasi sosio kultur indonesia, sebab pesantren yang berkembang di indonesia merupakan kultur asli indonesia.

Ketiga, model pembelajaran keahlian (skill) yang harus dipilih pesantren, melalui proses-proses yang dimulai dari muculnya sumber ide, lalu dilakukan assement (pendampingan), kemudian disusun desain pembelajaran secara matang, selanjutnya diaplikasikan secara benar, yang terakhir dilakukan evaluasi secara menyeluruh, untuk mengetahui apakah proses yang dijalankan sesuai dengan rencana atau tidak. Jika belum sesuai rencana  maka dilakukan lagi, begitu seterusnya sehingga ditemukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kognitif, efektif dan psikomotorik para santri.

Dengan adanya pembinaan dan penguatan SDM ini diharapkan output (SDM) pesantren benar-benar siap berkompetisi dengan dunia di luar pesantren sehingga dapat membangun peradaban bangsa dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun