Mohon tunggu...
Yulia suhartatik
Yulia suhartatik Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa,jember,jawatimur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendekatan Filologi, Hermeneutik, dan Wacana

19 Desember 2019   20:56 Diperbarui: 19 Desember 2019   21:01 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • filologi

Dalam buku Nabilah Lubis mengutip dari Sulastin Sutrisno mengatakan bahwa filologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu kata "philos" yang berarti 'cinta' dan "logos" diartikan "kata". Pada kata "filologi" kedua kata itu secara harfiyah membentuk arti "cinta kata-kata" atau "senang bertutur". Arti ini kemudian berkembang menjadi "senang belajar" atau "senang kebudayaan". Sedangkan dalam bahasa Arab, filologi adalah ilmu tahqiq an-nushush (penelitian untuk mengetahui hakikat suatu tulisan).[1]

Filologi sebagai sebuah istilah telah dikenal sejak abad ke 3 sebelum masehi oleh sekelompok ilmuan di Iskandariah. Mereka meneliti teks-teks lama dari bahasa Yunani dengan tujuan menemukan bentuknya yang asli dan bebas dari kesalahan penulisan serta mengetahui tujuan penulisnya. Dari kegiatan ini dapat diketahui pentingnya pengkajian secara mendalam terhadap bahasa dan kebudayaan yang melatar belakangi lahirnya teks. Kegiata filologi yang menitikberatkan pada bacaan yang salah ini disebut dengan filologi tradisional.

Kemudian istilah filologi dipakai sebagai sastra ilmiah, ketika teks-teks yang dikaji berupa sastra yang bernilai tinggi, seperti karya Yunani kuno. Selanjutnya istilah filologi digunakan untuk menyebut studi bahasa dan ilmu bahasa (linguistik). Karena pentingnya peranan bahasa dalam mengkaji teks sehingga kajian utamanya adalah bahasa, dan terutama bahasa teks-teks yang lama. Sedangkan istilah filologi dalam arti studi teks adalah suatu studi yang melakukan penelaahan dengan mengadakan kritik teks.

  • Hermeneutik

Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, "hermeneuein" yang berarti "menafsirkan, menerjemahkan, mengartikan". Dari kata hermeneuein ini dapat ditarik kata benda hermenia yang berarti "penafsiran" atau "interpretasi" dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir).

Dalam mitologi Yunani ada tokoh yang dikaitkan dengan hermeneutika, yaitu Hermes. Hermes dianggap sebagai tokoh yang bertugas menjadi penghubung/ menyampaikan pesan antara Dewa (Jupiter) kepada manusia. Menurut Hossein Nasr yang dikutip oleh Komaruddin Hidayat, Hermes tak lain adalah Nabi Idris as yang disebutkan dalam QS. Maryam [19]: 56.[4] Dapat ditambahkan juga bahwa penamaan beliau dengan Idris yang terambil dari rangkaian huruf-huruf dal ra sin, yakni belajar mengajar, boleh jadi karena beliau sebagai orang pertama yang mengenal tulisan atau orang yang banyak belajar dan mengajar.

  • Wacana

Analisis wacana adalah sutau pengkajian terhadap unsur-unsur yang membuat suatu wacana koheren (Cook, 1994:6). Fokus kajian analisis wacana, menurut Crystal (1985) adalah struktur, yang secara alamiah ada pada bahasa lisan, misalnya: percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan tertentu. Pengertian analisis wacana di atas, masih dalam kategori pengertian dasar, karena pengertian tersebut terus berkembang. Ada tiga kelompok analisis wacana, yaitu aliran (a) positivisme-empiris, (b) konstruktivisme, dan (c)  pandangan kritis.

            Menurut faham positivisme-empiris, pengkajian analisis wanaca difokuskan pada keteraturannya, yaitu kegramatikalan kalimat dan kepaduan wacana. Karena menurut faham ini bahasa (wacana) adalah jembatan penghubung antara manusia dengan objek dunia luar, sehingga bahasa (wacana) perlu tertata dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun