Mohon tunggu...
Yulia Suci Pranitasari
Yulia Suci Pranitasari Mohon Tunggu... -

Assalamualaikum ingin mencoba hal baru yang bermanfaat dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran PAUD

18 Juni 2014   02:10 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:19 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.MONTESSORI

Pendekatan ini dikembangkan oleh Maria Motessori (1870 – 1957) awalnya pendekatan ini diperuntukkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendekatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya setiap anak memiliki keunikan.

Keunikan anak tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :

a.Masa Peka (sensitive period)

Terjadi pada anak ketika berusia 0 – 6 tahun. Pada masa ini eksplorasi sensori menciptakan pengetahuan melalui pengalaman – pengalaman sensoris.

-Usia 6 – 12 tahun : eksplorasi konsep

Mengembangkan kekuatan berpikir abstrak dan imajinasi

-Usia 12 – 18 tahun : eksplorasi humanistik

Memahami posisi di masyarakat dan tahu cara berkontribusi pada dunia

-Usia 18 – 24 tahun : eksplorasi khusus

Menemukan keberadaan diri bagian dari dunianya

b.Daya serap pikiran (absorbent mind)

-Anak belajar secara tidak sadar dari lingkungannya

-Anak sudah memiliki kemampuan, langkah dan irama belajar sendiri – sendiri dalam dirinya.

-Anak mampu mengembangkan konsentrasi, disiplin diri, namun memerlukan lingkungan yang dapat mendukungnya.

-Pada masa perkembangan awal, anak berkembang melalui pengalaman sensori bukan karena imajinasinya.

Dalam pendekatan montessori ini ada beberapa komponen kunci untuk penerapan pendekatan Montessori yaitu sebagai berikut :

a.Para pendidik dilatih secara khusus tentang filosofi dan metode Montessori.

b.Terjalin kemitraan dengan orangtua.

c.Kelas merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari beragam usia.

d.Bermacam – macam bahan dan pengalaman pembelajaran Montessori diberikan kepada anak secara cermat dan berurutan sesuai dengan kebutuhan anak.

e.Penjadwalan yang teratur yang memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat dalam pemecahan masalah dan terlibat secara mendalam dalam pembelajaran,

f.Suasana kelas mendorong interaksi sosial yang mendukung pembelajaran kooperatif.

Kurikulum dan kegiatan yang dikembangkan melalui pendekatan Montessori ini meliputi ha l – hal sebagai berikut :

1)Materi Sensorial

-Anak berlatih memperluas dan memperhalus persepsi sensorinya

-Materi yang digunakan adalah alat – alat yang mengandung konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan.

2)Materi konseptual

Merupakan bahan – bahan konkret untuk melatih anak membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.

3)Materi kehidupan praktis sehari – hari

oPembelajaran yang diberikan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.

oMenyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman, mengancingkan baju.

2.BANK STREET

Pendektan ini dikembangkan oleh Lucy Sprague Mitchell, Caroline Pratt, Harriet Johnson (1878 – 1967). Pendektan ini berawal dari “Nursery School”, bagian dari Biro Eksperimen Pendidikan. Dalam perkembangannya pendekatan ini dipengaruhi oleh kajian atau penelitian dari John Dewey yang menyakini bahwa kekuatan pendidikan untuk mempengaruhi dan meningkatkan masyarakat.

Dalam pendekatan ini memilliki beberapa prinsip umum yaitu sebagai berikut :

·Perkembangan berawal dari simple ke kompleks

·Sifat individual terjadi secara kontinum

·Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan hal – hal baru yang dipelajari.

·Anak mempunyai motivasi dalam dirinya untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan.

·Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman dengan orang lain dan objek dalam berinteraksi.

·Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara individu dan orang lain.

Kurikulum dan kegiatan yang dilakukan pada pendekatan ini adalah sebagai berikut :

üTerfokus pada tema yang paling menarik bagi anak

üMasyarakat merupakan llingungan pendidikan

üSeni dan ilmu sentra pengalaman dan aktifitas yang membantu anak menemukan makna di dunia sekitar.

üBermain dengan material yang bersifat buka tutup.

üBalok, air , kayu kertas dan meteri – materi seni dan tanah liat.

üBebas memilih permainan yang diinginkan

üDidorong untuk belajar dengan cara mereka sendiri

üBermain merupakan jantung dari pendekatan interaksi perkembangan.

Fokus utama dari pendektan ini meliputi 3 hal yaitu : Kompetensi, Individualitas, dan Sosialisasi. Dari kegiatan – kegiatan yang dikembangkan dalam pendekatan ini guru memiliki peran dan fungsi yang amat penting yaitu :

ØMemahami perkembangan anak

ØPotensi dasar pengetahuan

ØMemilih dan mnyusun materi – materi

ØMengetahui anak secara individual

ØSebagai fasilitator

3.KURIKULUM KREATIF

Pada pendekatan ini dikembangkan oleh Diane Trister Dodge (1978 – sekarang ). Dasar filosofi dalam pendekatan ini adalah guru harus mampu menggunakan bermacam – macam strategi untuk memenuhi kebutuhan anak dalam aspek perkembangan sosial, fisik, kognisi dan bahasa. Dalam pendekatan ini terdapat beberapa elemen – elemen penting dari kurikulum kreatif yaitu sebagai berikut :

a)Teori dan riset tentang otak oleh Maslow, Erickson, Piaget, Vygotsky, Smilansky dan Gardner

b)Pemahaman cara belajar anak sebagai proses yang kontinum

c)Menekankan pada setting lingkungan pembelajaran dalam sentra, mengatur jadwal kegiatan sehari – hari, mengorganisasi pilihan waktu – belajar, dan menciptakan komunitas kelas.

d)Guru berperan menjadi pengamat dan menggunakan bermacam – macam strategi untuk memandu pembelajaran.

e)Bermitra dengan orangtua untuk mendukung pembelajaran.

4.REGIO EMILIA

Pendekatan ini dikembangkan oleh Loris Malaguzzi (akhir perang dunia ke – 2 – sekarang )

Pada pendekatan ini konsep pengembangannya adalah anak dianggap sebagai indivu yang kompeten, kuat, suka menemukan, dan penuh ide. Dalam pendekatan ini lingkungan disekitar anak sebagai guru ketiga dan harus dirancang dengan baik. Dalam pembelajaran hubungan antara anak , guru , dan orangtua harus terjalin secara baik ini akan membantu tercapainya hasil belajar yang optimal. Pengarahan guru pada anak dilakukan dengan memperhatikan minat anak dan mendorong / mengembangkan labih jauh pemikiran dan tindakan.

Pada pendekatan ini Lingkungan dianggap sebagai guru ketiga maksudnya adalah ruang / tempat yang digunakan harus bisa menarik dan mengandung minat anak. Dan segala sesuatu dan tempat harus mengandung unsur pendidikan. Dalam pembelajaran dibagi menjadi ke dalam setiap sentra dan sekolah memiliki area pusat budaya dan yang tidak kalah penting adalah media yang digunakan haruslah menarik.

Dalam pendekatan Regio Emilia ini peranan guru adalah sebagai berikut :

a)Membangun pengetahuan dan pemahaman anak

b)Menjadi seorang pendengar yang baik dan observer

c)Mendokumentasikan hasil kerja anak dan mendiskusikannyadengan guru – guru yang lain setiap minggu

d)Menjadi partner bagi anak di dalam proses pembelajaran.

e)Pedagogista, guru sebagai koordinator, konsultan pendidikan.

5.PROJECT – BASE

Pendekatan ini dikembangkan oleh Lilian Katz. Tujuan pembelajaran dalam pendekatan ini adalah :

-Pengetahuan (knowledge)

Fakta – fakta, informasi, cerita, konsep, dan banyak unsur dari pikiran.

-Keterampilan (skills)

Keterampilan berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan harus dapat menjadi suatu keterampilan.

-Disposisi (disposition)

a)Kebiasaan berpikir yang digabungkan dengan hati

b)Kemampuan proposial, motivasi, peduli, dan empati kepada anak lain.

c)Berkembang dengan baik melalui mengamati (observing) dan meniru (modelling)

d)Bawaan dari lahir untuk memaknai pengalaman, bertanya, mencari jawaban, dll.

e)Tidak bisa diajarkan melalui instruksi

f)Harus diwujudkan dalam tingkah laku, diekspresikan dan digunakan

g)Disposisi yang hilang, tidak akan bisa kembali lagi.

-Perasaan (feelings)

a)Dipelajari melalui pengalaman

b)Tidak dapat dipelajari melalui instruksi, paksaan, atau doktrinasi

c)Memberi kesempatan untuk terlibat aktif, menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

6.BCCT

Pendekatan ini dikembangan oleh CCCRT (Creative Center for Childhood Research and Training) di Florida , USA. Di indonesia pendektan ini dikenal dengan BCCT (Beyond Center and Crycle Time). Tetapi pada perkembangannya BCCT ini akan dikembangkan menjadi model SELING (Sentra dan Lingkungan).

Dalam pembelajaran seling ini pembelajaran dilakukan melalui 3 jenis permainan yaitu sebagai berikut :

a.Main Sensomotori

b.Man Peran

c.Main Pembangunan

Dalam pelaksanaan kegiatannya BCCT ini dilaksanakan menggunakan 4 pijakan (shafolding) :

a.Pijakan Lingkungan

-Menata lingkungan belajar

-Menyiapkan kegiatan dalam sentra

-Menyiapkan alat main yang akan digunakan

b.Pijakan sebelum main

-Doa, salam, & menyapa anak satu persatu

-Apresepsi materi

-Membuat aturan main dalam sentra

c.Pijakan selama main

-Memberi waktu main (45’ – 1 jam)

-Membimbing anak menyelesaikan tugasnya

-Memperluas bahasa dan gagasan dengan peranyaan terbuka

-Mengamati & mendokumentasikan kemajuan anak.

d.Pijakan setelah main

-Bersama anak membereskan alat main

-Recalling

Yulia Suci Pranitasari ^-^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun