Abstract
In radiology, examinations performed on the chest area are when there is trauma to the chest, the presence of air-liquid in the lungs, or other examinations of the heart and aorta. In fact, motor vehicle accidents are often found that result in trauma to the chest. Chest trauma or thoracic trauma can be in the form of fractures o fractures, especially in the ribs or rib cage of the sternum. Rib cage fractures or broken bones are one of the most common injuries, which is around 60% of the incidence rate. Usually the symptoms that a person experiences when experiencing a rib cage fracture are the appearance of pain in the chest, abnormal breathing, and bruising on the skin. As for the general x-ray examination, the projections used are AP and oblique projections, namely LPO (Left Oblique Posterior) or RPO (Right Oblique Posterior) according to the patient's condition. When performing x-ray examinations, as a prospective radiographer it is very important to pay attention to other aspect when in the field, namely protection against radiation and the quality of images produced with qualifications or criteria that are met.
Keywords : Chest trauma, Fracture, Rib cage
Abstrak
Pada radiologi, pemeriksaan yang dilakukan pada area dada adalah ketika terjadi trauma pada dada, adanya air-liquid pada paru-paru, ataupun pemeriksaan lainnya pada jantung dan aorta. Nyatanya di lapangan, kecelakaan kendaraan bermotor sering ditemukan yang mengakibatkan trauma pada dada. Trauma dada atau trauma thoracic dapat berupa fraktur atau patah tulang terutama pada tulang rusuk atau rib cage tulang dada. Fraktur rib cage atau patah tulang rusak menjadi salah satu cedera yang paling sering terjadi yaitu sekitar 60% angka kejadian. Biasanya gejala yang dialami seseorang apabila mengalami fraktur rib cage adalah munculnya rasa nyeri pada dada, pernapasan yang tidak normal, dan adanya memar di kulit. Adapun pada pemeriksaan umum sinar-x, proyeksi yang digunakan adalah proyeksi AP dan oblique yaitu LPO (Left Oblique Posterior) atau RPO (Right Oblique Posterior) menyesuaikan dengan keadaan pasien. Saat melakukan pemeriksaan sinar-X, sebagai calon radiografer sangat penting untuk memperhatikan aspek lainnya ketika berada di lapangan, yaitu perlindungan terhadap radiasi dan kualitas citra yang dihasilkan dengan kualifikasi atau kriteria yang terpenuhi.
Kata Kunci : Trauma dada, Fraktur, Rib cage
PENDAHULUANÂ
Prosedur pemeriksaan radiografi thorax pada pasien kecelakaan dengan kasus fraktur pada rib cage sangat penting untuk menentukan diagnosis dan pengobatan trauma thorax. Fraktur pada rib cage dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru dan jantung, serta meningkatkan risiko komplikasi yang serius. Radiografi thorax berperan sebagai alat diagnosa yang efektif untuk mendeteksi fraktur pada rib cage dan mengidentifikasi kondisi organ di dalam rongga dada. Langkah-langkah prosedur ini termasuk posisi pasien yang sesuai, seperti pemeriksaan radiografi thorax dengan proyeksi AP/PA erect dan lateral serta proyeksi tambahan AP lordotic dapat berguna dalam mendeteksi adanya fraktur tulang pada rib cage dan mengidentifikasi kondisi organ di dalam rongga dada.
Umumnya, fraktur rib cage biasa terjadi pada ribs 5-9. Hal ini disebabkan oleh perlindungan yang relatif dari shoulder pada ribs bagian atas, sementara ribs bagian bawah lebih rentan terhadap gerakan dan dapat melengkung sebelum patah. Meskipun fraktur rib cage dapat memiliki dampak yang signifikan, diagnosis komplikasi terkait seperti pneumothorax, hemothorax, pulmonary contusion, flail chest, pneumonia, kerusakan pembuluh darah, dan saraf (terutama pada trauma pada dada bagian atas atau ribs 1-3) tidak dapat dengan mudah diketahui. Cedera pada organ perut sering terjadi (terutama melibatkan hati, limpa, ginjal, dan diafragma), terutama pada trauma pada dada bagian bawah atau ribs bagian bawah.
METODOLOGI
Seseorang yang mengalami kecelakaan dengan bagian dada mengalami benturan keras, kemungkinan akan mengalami trauma pada dadanya. Hal yang dapat terjadi pada trauma dada yaitu fraktur di tulang rusuk. Untuk membuktikan kecurigaan ini tindakan lanjutan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan radiografi X-ray. Prosedur pemeriksaan radiografi fraktur tulang rusuk didemonstrasikan dengan menampilkan adegan seorang pasien yang mengalami kecelakaan bermotor. Pasien kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan radiografi X-ray guna mengkonfirmasi kecurigaan fraktur pada tulang rusuk. Demonstrasi ini melibatkan tiga langkah utama, yakni:
- Pre-pemeriksaan
Diilustrasikan pasien datang ke instalasi radiologi setelah mendapatkan surat rekomendasi dari dokter. Ketika pasien tiba, radiografer memastikan data diri dan indikasi klinis pasien. Kemudian radiografer memberikan informed consent kepada wali pasien yang dilanjutkan dengan penjelasan ringkas mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan.
- Pelaksanaan Pemeriksaan
Memasuki tahap pemeriksaan, terdapat beberapa poin penting yang perlu diperhatikan oleh seorang radiografer, seperti proteksi terhadap radiasi, pemosisian pasien, serta faktor-faktor pengolahan gambar yang baik agar menghasilkan citra dengan kualitas yang maksimal. Radiografer memulai dengan mengenakan pendose dan apron sebelum menangani pasien, kemudian memposisikan pasien telentang di atas meja pemeriksaan. Posisi yang digunakan pada pemeriksaan ini yaitu AP dan LPO. Selanjutnya, penyesuaian angulasi tabung dan kolimasi yang sesuai, disertai pengaturan faktor eksposi yang tepat untuk menghasilkan citra terbaik dengan memperhatikan keselamatan radiasi melalui prinsip limitasi dan optimisasi. Meski demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua trauma pada dada akan mengakibatkan fraktur.
- Pasca-pemeriksaan
Pada tahap ini, radiografer melakukan pemrosesan imaging plate (IP) dengan menggunakan (CR) cassete reader untuk menampilkan hasil citra pada komputer, yang kemudian dapat digunakan oleh dokter untuk melakukan diagnosa pada pasien.