Hal unik dan intim yaitu saat setelah selesai mengaji atau tahlil, tuan rumah akan memberikan makanan entah itu makanan ringan atau sekadar camilan. Hal kecil ini yang membuat suasana yasinan menjadi lebih kekeluargaan karena bisa menyantap kudapan secara bersama-sama.Â
Informan A menyebutkan bahwa yasinan ini cukup efektif menanamkan nilai-nilai keagamaan Islam kepada masyarakat.Â
Dengan adanya yasinan warga yang memang sukarela atau terpaksa akan bersama-sama datang untuk mengaji bersama. Hal ini dinilai sebagai alat untuk mengingatkan warga akan pentingnya mendalami agama.
Selain itu informan B juga mengatakan bahwa dengan adanya yasinan ia dapat memperdalam agama dan memotivasinya untuk rajin beribadah karena dalam yasinan biasanya ada sesi untuk sholat berjamaah.Â
Informan B senang dapat bersosialisasi dan bercerita dalam yasinan. Informan B menyebutkan bahwa yasinan secara tidak sadar memberikan contoh kepada generasi muda untuk memperdalam agama Islam. Ia merasa bahwa yasinan merupakan suatu forum yang memberikan dua manfaat sekaligus yaitu manfaat social dan spiritual.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa yasinan dapat dikatakan sebagai keraifan lokal di masyarakat desa yang musti dilestarikan. Dengan adanya yasinan ikatan antar masyarakat tetap terjaga. Di sisi lain yasinan dirasa efektif untuk terus menanamkan nilai- nilai Islam di tengah zaman yang semakin maju dan modern.Â
Kehidupan yang serba modern dan maju sedikit banyak telah mengubah kehidupan masyarakat tak terkecuali masyarakat desa. Untuk itu diperlukannya sebuah pengikat agar nilai-nilai kemasyarakatan tetap ada dan terjaga walau zaman telah berubah.Â
Yasinan dapat dijadikan alat atau wadah untuk tetap menjaga hubungan sosial antar masyarakat. Selain itu yasinan merupakan media untuk memperkuat fondasi agama di tengah kemajuan zaman yang semakin rasional.Â
Tradisi yasinan harus dilestarikan sebagai salah satu dari banyak kearifan lokal di Indonesia.
Referensi
Hayat, H. (2014). STRATEGI DAKWAH NU DALAM MEMBANGUN MENTAL DAN KARAKTER MASYARAKAT Walisongo. Jurnal Walisongo, 22(2), 297--320. http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wali/article/view/192
Â