Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Facebook

25 April 2021   19:52 Diperbarui: 25 April 2021   21:02 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monika menatap layar gawainya, senyum  yang sekilas tersungging,  langsung memudar.  Kekesalan itu bertimbunan di pikirannya. Ini  masalah menantu  perempuan,  istri anak lelaki sulung yang sangat disayangi dan dia banggakan. 

Apa  yang pernah digadang-gadang olehnya,  memudar seiring waktu. Postingan menantu perempuan,  yang semula Monika pikir adalah gadis  yang akan menjadi istri sederhana,  seperti  terlihat awal mula berkenalan,  manis dan  penurut,  ternyata  bukan yang didapatkan  sekarang,  sudah berubah total. 

Postingan  yang menyatakan bahwa seorang suami seharusnya tidak  tinggal  lagi dengan orang tuanya kalau sudah  berkeluarga,  menyiratkan sebenarnya wanita muda itu ingin hidup  terpisah dari Monika dan suaminya. Padahal anak sulungnya baru saja mulai bekerja  Postingan foto rumah idaman yang dilihatnya  kemarin,  sudah terasa melukai dirinya. 

Monika sedang berfikir  apa  yang salah dengan hubungan antara keduanya.  Ia menyekolahkan gadis muda itu,  membayar biaya  kuliahnya  hingga lulus.  Memanjakan wanita  muda yang dipikirnya akan tahu rasa berterima kasih,  setidaknya  menghargainya,  kini lambat  laun kehilangan  rasa.

Menantu perempuannya mulai menuntut ini dan itu,  Monika  dan suaminya  hanya mengalah demi kebahagiaan anak sulung yang punya  dua adik laki-laki.  Mulai menjadi penguasa rumah besar yang ditinggali  oleh mereka.  

Hari ini postingan  tentang  seorang suami yang ideal dengan caption  ' andai suamiku seperti  ini,  alangkah bahagianya  aku'. Sesuatu  seperti  menampar Monika,  apa  yang sebenarnya  dipikirkan  wanita  itu? Tahu kalau bapak  dan ibu mertuanya juga menjadi  teman di FB,  kok posting begitu. 

Bertambah lagi kelakuannya ketika hamil dan akhirnya  melahirkan,  jarang merawat bayinya,  manjanya luar biasa,  maunya hanya pergi dan dolan dengan teman  lamanya.  Suami Monika mengkritik dan berakhir  menantu perempuan  itu  tidak mau tinggal  di rumah Monika,  memilih tinggal  di rumah ibunya yang tidak punya kamar khusus untuk keluarga baru itu.  Akhirnya Monika dan suaminya berusaha membujuk agar balik lagi ke rumah besar yang  hanya dihuni dua orang karena dua anak lelaki  yang lain,  kuliah di luar kota. Belum lagi setiap  kali mengungkit bahwa mantan pacarnya  masih  suka chat  dengan dia.  Monika bersabar dan akhirnya  kesabarannya habis hari ini. 

Ia menutup  matanya,  airmatanya menetes,  kemana  gadis manis dan menyenangkan  itu pergi? 

Sekarang justru menjadi duri dalam daging dalam hubungan dengan anak sulungnya. Membuat dirinya  merasa tak  berguna.  Kalau tidak  merasa kasihan dan sangat  sayang pada cucu  pertama  yang dia suapi tiap saat, dia pasti mengkritik menantunya. 

Postingan menantunya menghancurkan  perasaan Monika,  dia tidak  tahu bagaimana reaksi  suaminya  membaca  postingan tentang keluhan betapa  lelahnya menjadi istri,  betapa inginnya punya rumah sendiri,  betapa enaknya punya suami ideal, padahal  Monika merasa sudah amat sangat mengalah dan memanjakan, yang kini menjadi bumerang.  Ia menilai menantunya tak tahu diri.  

Suasana rumah berubah begitu  dingin sejak Monika membaca  beberapa postingan  di Facebook  itu.  Ia membiarkan saja dan tidak ikut mengurusi apapun  lagi yang bukan urusannya. 

Beberapa  hari ini Monika dan suaminya semacam   melarikan diri dari rumah miliknya di hari Sabtu dan Minggu,  pergi berlibur berdua,  lalu menyadari ada sesuatu  yang berbeda di wajah suaminya,  pria  itu nampak  begitu  tua dan banyak pikiran. 

Lalu mereka berdua mengkaji apa  yang salah selama ini.  Monika menutup FB nya,  begitu juga suaminya dan mereka membuat akun baru tanpa  menyertakan menantu perempuannya  sebagai teman dan berjanji tidak akan membuka postingan  istri anak sulung,  jika dirasa itu lebih baik,  mereka akan bersikap seolah tidak pernah  membaca  dan hanya baper  belaka.

 Cerita rekaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun