Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Menginap di Hotel Dekat Bandara Saat Pandemi yang Dipakai untuk Karantina

28 September 2020   02:35 Diperbarui: 28 September 2020   03:15 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istri saya bersikeras minta pindah,  lalu lebih terkejut lagi ketika  recepsionis mengatakan pada istri saya bahwa hanya ada kamar yang tersedia di lantai untuk karantina.  Yaitu lantai sekian dan sekian.

Rasanya  kami tidak bisa menggambarkan perasaan kami ,  tinggal di hotel yang ternyata di bawah dan di atasnya untuk karantina. Ya meskipun kami orang  yang agak  cuek  tetapi yang tetap terselip pikiran yang entah bagaimana.  Menurut keterangan resepsionis kamar kami adalah kamar terakhir untuk tamu umum. Entah kenapa juga dia tidak menjelaskan saat kami ada di lobi,  bahwa kamar yang ada itu adalah kamar konekting atau connecting room,  atau pokoknya asal laku saja mengingat situasi ini. Tetapi memang benar,  tidak sepi seperti yang kami duga di hotel itu.  Paginya banyak sekali tamu luar atau tamu asing hingga kami makin bersikeras besuk pindah saja,  karena banyak orang. 

Setelah semalam tidak bisa tidur karena mendengar dengkuran yang berasal dari kamar sebelah,  untung hanya dengkuran dan batuk. Masih untung? 

Esok paginya kami memutuskan pindah ke hotel  yang sudah pernah kami inapi.  Harganya lebih murah dan kamarnya luasnya hanya separonya. Tetapi nyaman dan tidak merasa kawatir 

Setelah  acara  yang mesti kami lakukan dari hingga siang selesai.  Akhirnya kami check out dari hotel.  Sebuah pengalaman yang tak terlupakan, adanya ekpektasi  dari sebuah nama yang cukup terkenal,  kadang meleset karena sebuah kondisi pandemi ini.  

Dalam keadaan biasa mungkin kami komplain besar atas yang kami alami.  Namun juga menyadari dalam situasi serba susah seperti ini akhirnya ya sudahlah,  mungkin berfikir ulang menginap di hotel tersebut jika situasinya masih sama.

Situasi hotel lain tempat kami ingin pindah saat menanyakan harga,  juga sama sepinya.  Sangat lengang dan memprihatinkan.  Aura suram begitu terlihat.  Wajah-wajah yang berbeda dengan dulu saat sebelum pandemi,  petugas yang hanya sedikit.  

Tidak ada warung yang berjualan di belakang hotel seperti dulu.  Kami akhirnya makan di sebuah gerai supermarket yang kebetulan menjual ayam goreng krispi.  Benar- benar  tidak ada apa-apa yang bisa dinikmati.  Mal yang terdekatpun gerainya yang buka tidak ada sepuluh.  Lima mungkin,  hanya gerai kopi dan supermarket tadi.

Suasana seperti layu dan akhirnya memaklumi untuk apa mengeluh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun