Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kupinang Dikau Setelah Pandemi

18 September 2020   00:04 Diperbarui: 18 September 2020   00:08 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanitaku dan aku semakin geram. Kami berdua  berunding bagaimana cara agar si musuh itu bisa hengkang dari kelompkk alumni,  agar dia tidak membocorkan hubungan rahasia  kami,  sebuah hubungan emosi virtual dimana aku sudah terjerat terlalu dalam, aku dan wanita bahkan belum pernah bertatap muka lagi, sejak kelulusan kami. 

Pikiranku berpusar pada lawan wanitaku.  Wanita sok lancang yang sok merasa suci sendiri,  yang mengatakan berkali-kali di grup,  jangan ada yang berselingkuh di grup ini,  jangan merasa sudah sangat mengenal seseorang yang sudah lama tidak bertemu, jangan terus- menerus teringat masa sekolahmu,  kasihanilah istrimu yang membawamu ke tangga puncak saat ini. 

Wanitaku menangis tiap kali lawannya menyindirnya,  aku merasa begitu geram dan mencoba lagi menindas wanita itu agar hengkang. 

Dia tidak peduli,  bahkan seperti mentertawakan kata-kataku,  mengatakan  bahwa WFH  ini merubah nalar manusia dari relnya.. 

Dia menyombongkan keharmonisan bersama suaminya.  Kedekatannya,  segala hal seolah manusia paling sempurna 

Wanitaku menangis dan mengeluh lewat percakapan telpon. Aku tambah memusuhi lawannya. 

Beberapa hari aku tidak bisa menghubungi wanitaku,  perasaan gelisah  begitu menderu.  Sebuah email masuk  berisi banyak hal.  Rupanya dari lawan wanitaku.  Membeberkan banyak hal.  

Wanitaku rupanya sedang depresi  karena telah menipu banyak orang,  termasuk kami.  Ketika mengaku memiliki  restauran waralaba ternyata bukan restaurannya,  ketika mengaku punya anak,  ternyata bukan anaknya.

Aku tidak mempercayainya,  aku baru percaya ketika si lawan wanita mengatakan bahwa dia bermaksut berbisnis dengan restauran waralaba itu, pemiliknya bukan wanitaku,  tapi orang lain,  dia tertipu oleh kata-kata manisnya. 

Lawan wanitaku berkata bahwa dia tidak pernah memusuhi seorang wanita yang menderita depresi selama 25 tahun dan kebetulan dokternya adalah adik lawan.  wanitaku. 

Aku seperti jatuh ke sumur terdalam.  Janji 'akan kupinang dikau sehabis pandemi'  kucabut.  Aku merasa kembali ke sebuah rel kebenaran.  Aku berjanji akan berbulan madu yang kedua dengan istriku,  setelah selingkuh hati ini.  Aku keluar dari grup alumni.  Kurasa aku harus hidup secara nyata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun