Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Daulat" Aisul

9 April 2019   12:05 Diperbarui: 9 April 2019   12:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aisul Yanto | dokpri

Kreatifitas  yang baik adalah ciptaan manusia yang bermanfaat bagi sesama  yang ditampilkan atau  diwujudkan dalam bentuk yang paling sederhana.

(cheyou lee 1957)

Beberapa hari lalu Aisul mengirimkan pemberitahuan rencana pameran karyanya dengan tema "DAULAT". Entah apa yang ingin ia sampaikan dengan tema daulat, bisa saja ini sebuah respon atas  ramainya persoalan politik khususnya pilihan presiden. Dan beberapa hari sesudahnya  setelah saya meminta kiriman foto karya Aisul, saya menerima foto foto sketsa yang  rencananya akan  Aisul pamerkan di Balai Budaya Jakarta.

Karya sketsa Aisul yang sangat ekspresif, artistik dan "jujur " ini segera mengingatkan saya akan masa awal belajar di ASRI (1978) yang sekarang telah menjadi ISI Jogjakarta. Sketsa merupakan  tugas awal  disamping tugas lainnya bagi siswa khususnya jurusan seni lukis. Untuk membuat sketsa siswa diwajibkan turun langsung ke lapangan seperti pasar tradisionil, jalan jalan seperti  jalan Malioboro dan juga tempat tempat khusus seperti candi prambanan, Kraton Jogja. Objek lainnya boleh  dicari sendiri. 

Begitu antusiasnya belajar sketsa,  siswa banyak yang mencari objek-objek / tempat yang unik, seperti kolong jembatan dekat kota baru yang juga menjadi tempat pembuangan sampah. (1978) Awal memasuki wilayah ini banyak teman tak kuat menahan bau sampah, tak sedikit yang muntah ketika hembusan angin membawa bau busuk melewati hidung. Namun niat belajar yang tinggi mengalahkan rasa bau, bahkan beberapa hari kemudian kita nyaman tiduran disana, dibawah tenda kecil, bahkan  berbincang bincang dengan para pemulung disela istirahat mereka.

Hasil kerja lapangan ini  diakhir bulan pertama langsung dipamerkan di gang antar kelas (ASRI Gampingan) sebagai  apresiasi dan evaluasi. Pameran awal ini pasti sangat berkesan bagi mereka yang pernah melakukannya. Bagi saya sendiri pameran di gang kelas ini adalah pameran yang paling terasa membanggakan. Pameran yang menumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan kuat untuk melangkah menjadi seorang perupa, paling tidak di Indonesia. Malam hari memasang karya,  paginya merasakan diri sebagai "pelukis".

Pelajaran sketsa barangkali merupakan pelajaran dasar yang paling penting bagi siswa ISI Jogja, hingga saat ini banyak sekali siswa ISI yang mendominasi dunia seni rupa Indonesia. Bahkan tak sedikit perupa ISI yang telah mendunia.

Aisul adalah seniman yang juga pernah belajar di ASRI Jogja, tentu ia juga telah merasakan "siksaan" mengerjakan sketsa yang akhirnya menghasilkan kemampuan  melukis yang baik.

Sketsa adalah karya seni  rupa yang umumnya dikerjakan diatas kertas dengan tinta cina dan ditorehkan dengan berbagai alat bisa kwas, pena bahkan lidi. Walau untuk mengerjakan sketsa di ASRI / ISI bahan dan alatnya tak pernah dibakukan atau bebas, bahkan alat dan bahan ini juga sering menjadi  media unjuk kreatifitas bagi siswa.

Karya Aisul yang dipamerkan saat ini, dapat menjadi pameran yang sangat menarik. Paling tidak melalui pameran ini kita diajak untuk memahami  dan mengerti  berbagai persoalan seni rupa.

Pertama kita kembali diuji untuk dapat melihat seni sebagai sebuah karya seni  murni. Artinya kita melihat karya hanya dari berbagai sudut pandang seni. Misal apa yang disebut artistik, apakah artistik itu dapat dihasilkan hanya dengan tinta diatas kertas?  Apakah artistik dalam bentuk sketsaseperti ini mempunyai nilai yang sama dengan  lukisan besar dari acrylic atau instalasi yang absurd? Dan persoalan lainnya.

Kedua kita dapat melihat karya sketsa yang terasa lebih "jujur, jernih dan mulia" dalam mengekspresikan  pikiran dan parasaan senimannya, dibanding karya lukis . Selain itu sketsa juga dapat digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan teknis pelukisnya. Karena untuk membuat sketsa yang baik diperlukan latihan yang rutin, konsisten dan tentu saja  kesungguhan niat.  Mereka yang mampu membuat sketsa yang baik, saya yakin telah melalui proses seperti itu. Beberapa teman di Jakarta yang mampu membuat sketsa yang baik diantaranya adalah Hardi, Odjie Lirungan , Jerry Tung, Firman Lie, Hanafi, Yoes Rizal, Ipong PS

Ketiga sketsa bisa jadi sebuah karya yang pantas untuk terus dikembangkan sendiri, terpisah dari lukisan umumnya. Karena membiasakan seniman tetap melakukan sketsa akan dapat meningkatkan kwalitas lukisannya, karena sketsa adalah sebuah fondasi yang sangat penting bagi perupa. Jadi melalui pameran sketsa Aisul ini masyarakat seni rupa khususnya Jakarta dapat mulai memikirkannya, barangkali bisa diadakan bienal sketsa, lomba sketsa dan lainnya. Dengan berbagai perhelatan sketsa dan memberikan penghargaan terhadap sketsa yang baik, maka akan mendorong seniman untuk dapat memperbaiki kwalitas karyanya.

Daulat Pameran sketsa Aisul pantas dicatat sebagai sebuah usaha yang baik, yang menyadarkan kita akan pentingnya kwalitas ketrampilan teknis bagi seorang perupa. Pameran ini juga berhasil memberi ruang dan kesempatan untuk kembali berpikir dan rasa yang berbeda dibandingkan pameran yang hanya menambah jumlah tapi lemah dalam kwalitas.

Pameran sketsa Aisul,  bagi saya pribadi tidak hanya mengingatkan akan proses belajar di ASRI namun menyadarkan saya bahwa sesungguhnya seniman yang baik tetap harus fokus khususnya  pada persoalan seni itu sendiri. Karena karya dengan ide yang baik tidak akan terkomunikasikan dengan baik jika  ditampilkan dengan teknis yang seadanya dan lemah. Sebaliknya  tampilan karya yang dihasilkan dengan ketrampilan tinggi paling tidak tetap akan membahagiakan pemirsanya walau hanya berupa beberapa garis atau komposisi , karena tampilannya yang artistik.

Sebuah keindahan yang ditampilkan apapun bentuknya  adalah sesuatu yang berarti dan bernilai bagi pemirsanya. Kita dapat melihat dan menikmatinyanya dalam karya sketsa Aisul di Balai Budaya Jakarta. Aisul yang "berdaulat" berhasil menciptakan keindahan dalam wajah  dan tampilan  yang paling sederhana.

Yulianto Liestiono, analis seni rupa

Depok 07042019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun