Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca "Keluarga Bawah Air"

5 Maret 2019   11:23 Diperbarui: 5 Maret 2019   11:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada ungkapan bahwa  sebuah gambar  bisa diibaratkan dengan beribu kata. Demikian juga sebuah lukisan tentu dapat  menjadi  beribu kata.

Lukisan Deon Sutrisno bertajuk "Underwater Family" 60 x 80 cm berisi tiga citra Ikan, tepatnya tiga kepala ikan. Satu ikan dengan proporsi lebih besar dibanding dua lainnya. Ikan besar dengan mulut menyeringai ini mampu menumbuhkan kesan ia sedang berbicara atau berkata dengan dua ikan lainnya. 

Warna coklat putih dan kuning di torehkan disemua tubuh ikan mengesankan memang mereka sekeluarga. Ikan yang paling besar adalah Bapak atau Ibunya sedang yang dua lainnya adalah anak anaknya. 

Latar belakang yang menggambarkan air diberinya warna gelap yang nyaris hitam menandai kepekatan atau kedalaman airnya. Gambaran yang tepat untuk mengatakan bahwa Citra tiga ikan tersebut adalah sebuah keluarga yang hidup dibawah air dan mereka berpenampilan atau ber-rupa tidak seindah ikan hias yang berharga mahal. Barangkali citra keluarga ikan ini menggambarkan keluarga sederhana yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Kalau kita hanya sampai disini membaca lukisan ini, tentu lukisan Deon hanyalah sebuah potongan berita yang dapat kita temukan di banyak majalah koran atau lainnya. Cerita jamak bahwa ditengah gemerlapnya kota seperti Jakarta kita masih dapat menemukan keluarga miskin yang mungkin saja hidup dikolong jembatan, di sebelah rel kereta atau bahkan di dalam sebuah gerobak yang diparkir dibawah pohon.

Keluarga super miskin seperti ini mudah kita lihat di seputaran Jakarta bahkan di hadapan gedung apartemen mewahatau tak terlalu jauh dari Istana Negara. Kemiskinan seolah menjadi hal yang begitu biasa dan wajar diterima sebagai keniscayaan dalam masyarakat. Bahkan kemiskinan sering kali disebut sebagai hasil kemalasan atau ketidak mampuan perorangan atau kelompok masyarakat. 

Kemiskinan jarang atau bahkan tidak pernah dilihat sebagai akibat dari sistim bermasyarakat atau bernegara yang tidak sehat.

Nah kalau kita mulai mengaitkan kondisi masyarakat miskin adalah akibat dari sistim bermasyarakat atau bernegara yang tidak sehat, maka lukisan seperti karya Deon dapat memicu pemikiran atau perdebatan yang lebih luas dan dalam. Terlebih ditahun politik seperti saat ini.

Namun demikian tulisan ini tidak ingin ditarik kesana. Saya lebih ingin melihat lukisan ini sebagai titik awal untuk membicarakan kesetaraan manusia untuk mencapai kebahagiaan.

Keluarga bawah air yang Deon gambarkan telah dengan baik menggambarkan sebuah keluarga sederhana yang hidup di bawah garis kemiskinan. Namun ternyata keluarga miskin ini tetap bersatu. Ayah atau ibu mereka tetap bersatu menjaga anak anaknya. Memberi nasehat, bercengkerama, atau mungkin tertawa bersama. Walau wajah meraka tak cantik, dengan gigi berantakan. Namun anak anak mereka menunggu dan mendengarkan dengan khidmat semua kata kata yang diucapkan. Kebahagiaan ternyata dapat tumbuh ditengah kemiskinan dan di posisi paling rendah dalam masyrakat.

Kehidupan keluarga miskin ini secara alamiah memang harus diurus sendiri oleh orang tua mereka, bukan pembantunya. Mereka juga dengan mudah beraktifitas bersama, barangkali orang tuanya tidak harus mengurus bisnis yang justru sering memisahkan dirinya dan keluarga. Kemiskinan dalam pengertian kurangnya materi, adalah sebuah keadaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun