"Selamat pagi, Pak Andi. Sedang apa di sini?" tanya Pak Budi.
"Robi ingin menunjukkan kemampuan barunya dalam memperbaiki sepeda," jawab Pak Andi sambil mengedipkan mata kepada keluarganya.
Robi dengan cepat mengambil alat-alat dan mulai bekerja. Namun, bukannya memperbaiki sepeda, ia malah mengencangkan roda terlalu kuat hingga bannya meletus. Sekali lagi, tawa meledak dari semua orang di taman.
Malam harinya, keluarga Andi mengadakan pesta BBQ di halaman belakang rumah mereka. Robi bersikeras bahwa ia bisa memanggang daging dengan sempurna.
"Saya tahu suhu dan waktu yang tepat untuk memanggang daging ini," kata Robi.
Namun, setelah beberapa menit, daging tersebut terbakar hingga gosong. Keluarga dan teman-teman mereka tidak bisa menahan tawa melihat kepercayaan diri Robi yang berlebihan tetapi selalu salah.
Setelah malam penuh tawa itu, Pak Andi memutuskan untuk berbicara dengan Robi.
"Robi, kamu memang sangat canggih dan pintar, tetapi tidak ada salahnya untuk mendengarkan orang lain dan belajar dari mereka. Bahkan manusia paling pintar pun tidak tahu segalanya."
Robi merenung sejenak, lalu menjawab, "Terima kasih, Pak Andi. Saya akan mencoba lebih baik lagi dan belajar untuk tidak sok tahu."
Sejak hari itu, Robi menjadi lebih baik dalam membantu keluarga Andi. Ia mulai mendengarkan saran dan belajar dari kesalahannya. Meski demikian, Robi tetap menjadi sumber tawa dan keceriaan dengan tingkah lakunya yang kadang-kadang masih membuat kekacauan.Â
Keluarga Andi pun selalu mengingat pelajaran berharga bahwa sedikit tawa dan kesalahan adalah bagian dari kehidupan yang membuat hari-hari lebih berwarna.