Mohon tunggu...
Yulianita Abu Bakar
Yulianita Abu Bakar Mohon Tunggu... Guru - Guru

There are things more important than happiness (Imam Syamil's son)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Guru Sa'diah

2 Januari 2024   07:37 Diperbarui: 2 Januari 2024   07:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Setelah berpamitan kepada mama, Lisa mengambil sepeda, memasukkan Samosa ke keranjang sepeda, menutup dan memastikan tutup keranjang sudah rapat, menguncinya. Lisa mengayuh sepeda ke rumah Bu Guru Sa’diah. Gelisah hatinya, dan terus mengingat kata mamanya “Kamu harus percaya dan yakin, kamu akan baik-baik saja.”
gang Tikungan 01, kemudian berbelok ke gang Tikungan 03, lurus sampai jalan Susah- Senang Bersama, berbelok ke gang Hijau Asri. Tepat di rumah No. 14A. Lisa berhenti. Mematung sejenak di luar pagar, jantungnya deg-deg-an. Lisa membaca Basmalah, Doa memohon pertolongan dirapal penuh rasa takut.
Baru Lisa turun dari sepeda, hendak membuka pintu pagar, Bu Guru Sa’diah keluar dari pintu samping. Berjalan ke arah Lisa. Lisa dengan sedikit membungkuk memberi isyarat hormat sambil tersenyum getir ke Bu Guru.


“Assalamu’alaikum Bu”
“Wa’alaikum salam Lisa. Mari masuk nak.”
“Baik Bu.”
Lisa berjalan dibelakang Bu Sa’diah.
“Silahkan duduk Lisa.”
Sebelum Lisa duduk, Lisa menyerahkan Samosa yang dibawanya serta menyampaikan salam dari mama.
“Terima Kasih Lisa untuk Samosanya, sebentar Ibu pindahkan ke piring agar bisa kita makan bersama”
“Silahkan Bu”
Senyum Bu Guru Sa’diah sedikit menenangkan hati Lisa. Semoga aku baik-baik saja seperti kata mama (Lisa berbicara pada dirinya sendiri).


Sambil meletakkan makanan dan minuman Bu Guru bertanya kabar keluarga Lisa, selanjutkan beliau langsung bertanya apakah Lisa sudah siap dengan hukuman di hari pertama.
Dengan sedikit kaku Lisa menjawab “Sudah Bu.”
“Saya ingin kamu menceritakan apa yang membuat kamu terlambat ke sekolah Lisa?”
“Saya sering terlambat bangun Bu.”
“Coba ceritakan kebiasaanmu dari jam 7 malam ke jam 10”
Lisa terdiam sebentar, berpikir-pikir apa perlu memberitahu semua kegiatannya atau sebagian saja.
“Saya mengerjakan PR sekolah, lalu bermain game serta main handphone Bu.”
“Apa menurut kamu, penting untuk mengurangi pemakaian handphone?
“Sepertinya penting Bu.”
“Bagaimana kalau ibu memberimu tugas menulis untuk kamu kerjakan di jam sebelum tidur?”
“Baik Bu, akan saya kerjakan.”
“Tugas malam ini dengan judul ‘Saya Tidak Pernah Lagi Terlambat Ke Sekolah’, tulis dengan huruf besar Lisa.” Intonasi Bu Sa’diah tegas. Lisa yang duduk di seberang meja, terdiam, lalu buru-buru menulis.
“Waktu untuk mengerjakan tulisan hanya 30 menit. Selesai atau tidak selesai jangan kamu curi-curi waktu Lisa.”
“Baik Bu.”
“Sekarang bagaimana kalau kita ke halaman belakang dan menanam bunga dengan Ibu?”
“Baik Bu.”
Lisa segera bangkit dengan sedikit bingung, mengapa Bu Guru mengajaknya menanam bunga. Tapi Lisa adalah anak yang baik hati sehingga bagi dia tidak sulit untuk mengerjakan permintaan orang yang lebih tua untuk mengerjakan apapun asalkan itu baik.

Tepat jam 5.40 WIB, lisa berpamitan. Dengan semangat dan hati senang Lisa mengayuh sepeda dan sampai ke rumah lebih cepat.
Hari ini selesai. Dan hari-hari selanjutnya Lisa tetap datang tepat waktu dan bersenang-senang di rumah Bu Guru Sa’diah. Bu Guru yang pandai bercerita, setiap hari selalu berbagi satu kisah. Kisah yang ditanam ke dalam pikiran Lisa benar-benar seperti kisah Kacang Ajaib yang tumbuh menembus awan. Cerita – cerita Bu Guru Sa’diah telah menembus kesadaran Lisa. Mereka menjadi akrab. Lisa sangat senang. Bu Sa’diah telah mambantu Lisa untuk menjadi lebih disiplin.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Bulan demi Bulan berganti dan kini sudah setahun dari hukuman aneh dari Bu Sa’diah telah mengubah Lisa.
Seperti judul tugas menulis di hari pertama Lisa “Saya Tidak Pernah lagi terlambat Ke Sekolah”. Lisa tidak lagi terlambat.

Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun