Setelah dua bulan lebih vakum menulis, maka hari ini saya akan mencoba kembali menulis artikel. Bagi penulis pemula saya seringkali kehilangan ide untuk menulis. Apalagi kondisi pandemi ini membuat saya tak bisa ke mana-mana dan jarang bertemu serta berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebut membuat saya semakin membuat saya tak mampu mendapatkan ide-ide untuk menulis.
Hari ini saya mencoba menulis lagi dengan berbagi sedikit ilmu yang saya miliki dalam hal tulis menulis. Walaupun mungkin tak jadi artikel pilihan setidaknya saya sudah menurkan tulisan yang harapannya bermanfaat bagi orang lain. Nah, tulisan saya hari ini adalah tentang paragraf analogi. Â Â
Analogi merupakan jenis pengembangan paragraf induktif. Paragraf induktif adalah paragraf yang memiliki kalimat utama di akhir paragraf. Analogi merupakan salah satu materi yang dipelajari di kelas dua belas dalam kurikulum 2006. Dulu saya sangat menyukai mengajarkan materi ini. Konsep menulisnya jelas jadi mudah sekali membuatnya. Materi ini juga merupakan materi wajib yang keluar di soal ujian nasional. Sayangnya sekarang ini materi ini tidak lagi diajarkan.
Analogi adalah paragraf yang berisi perbandingan dua hal berbeda topik tetapi memiliki kesamaan alur berpikir. Analogi adalah materi yang mudah dan praktis diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk menasehati atau untuk menerangkan sesuatu. Bahkan, Tuhan Yesuspun ketika mengajar juga menggunakan perumpamaan-perumpamaan dan analogi. Oleh karena itu, analogi bagi saya merupakan materi yang menarik untuk dipelajari dan diajarkan.
Menjelaskan dengan menggunakan analogi lebih mudah dimengerti dan diingat oleh lawan bicara. Selain itu juga tidak terkesan menggurui. Misal ketika menjelaskan atau menasehati agar menjadi rendah hati kita menganalogikannya dengan sifat-sifat padi yang semaki berisi semakin merunduk. Menjelaskan bayi yang baru lahir diibaratkan dengan kertas putih. Menjelaskan kepercayaan diibaratkan dengan selembar kertas, dan masih banyak hal lain lagi yang bisa dianalogikan dalam kehidupan ini. Â
Cara Menulis Analogi
Pertama, paragraf analogi diawai dengan kalimat-kalimat pembanding. Pembanding adalah kalimat-kalimat pendahuluan sebelum menuliskan inti paragraf, yang memiliki kesamaan ciri atau alur berpikir dengan inti pargraf.Â
Tulislah minimal dua kalimat pembanding di awal paragraf. Tuliskan kalimat pembanding yang memiliki kesamaan ciri atau alur berpikir dengan inti paragraf atau inti pembicaraan.
Contoh: Sepasang sepatu terdiri dari kiri dan kanan. Sepatu kiri menghadap kanan sepatu kanan menghadap kiri, tetapi mereka saling melengkapi.
Kedua, setelah menuliskan kalimat pembanding kemudian tuliskan inti paragraf atau inti pembicaraan
Contoh: Demikian halnya dengan sepasang kekasih. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka memiliki banyak perbedaan, tetapi saling melengkapi.
Ketiga, tuliskan kesimpulan. Jika paragrafnya diawali dengan pembanding dan diikuti dengan inti pembicaraan, maka kesimpulannya dibalik diawali inti pembicaraan dan diibaratkan pembanding.
Contoh: Jadi, sepasang kekasih ibarat sepasang sepatu.
Jadi jika disatukan maka analogi di atas akan menjadi seperti sebagai berikut.
Sepasang sepatu terdiri dari kiri dan kanan. Sepatu kiri menghadap kanan sepatu kanan menghadap kiri, tetapi mereka saling melengkapi. Demikian halnya dengan sepasang kekasih. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka memiliki banyak perbedaan, tetapi saling melengkapi. Jadi, sepasang kekasih ibarat sepasang sepatu.
Konsep menulis analogi ini tidak boleh dibolak balik. Nah, mudah bukan menulis analogi? Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H