Mohon tunggu...
Veronica Yuliani
Veronica Yuliani Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Menulis untuk berbagi dan menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjaga Kewarasan 144 Jam dalam Seminggu di Kamar Kos

20 Mei 2020   12:40 Diperbarui: 20 Mei 2020   12:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang terdampak corona, tetapi bisa dikatakan anak koslah paling menderita. Tentu ini adalah  pendapat subjektif saya sebagai anak kos. Anak kos yang tidak bisa pulang ke kota asal atau kampung halaman. Bayangkan dalam seminggu hanya bekerja sekali, artinya enam hari lainnya, yaitu 144 jam dalam enam hari anak kos harus menghabiskan waktunya di dalam kamar yang ukurannya tidak lebih dari tiga kali tiga meter. Paling banter tempat lain yang bisa dikunjungi adalah kamar mandi dan dapur.

Tentu kamar berbeda dengan rumah. Di rumah kita masih bisa bertemu dengan anggota keluarga lainnya. Selain itu, di rumah kita bisa ke ruang tamu, dapur, teras, halaman, pekarangan, dll. Artinya kita masih bisa menikmati pemandangan yang berbeda di rumah, ruang gerak kita masih cukup luas.

Di kos akan sangat jarang kita berkomunikasi dengan orang lain. Bukan karena kita tidak saling berkomunikasi dengan penghuni kos lain tetapi karena memang selain profesi guru, jarang yang melakukan WFH. Rata-rata mereka masih bekerja seperti biasa. Jadi, betapa bisa dibayangkan tingginya tingkat stres yang dialami oleh anak kos.

Kita tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial. Wanita butuh bicara kurang lebih 20.000 kata sehari sedangkan laki-laki kurang lebih 7000 kata per hari. Lantas bagaimanakah anak kos menjaga kewarasannya selama 144 jam 6 hari dalam seminggu?

Beruntung kos saya menyediakan jaringan wifi sehingga seringkali saya masih bisa mengisi waktu dengan streaming film atau drama, atau kursus rohani online, selain membaca buku. Pun semua itu tetap saja tak bisa mengatasi kebosanan dan kejenuhan dalam mengisi hari dalam kesendirian. Saya tidak membayangkan teman-teman kos yang lain kos yang kosnya tidak menyediakan jaringan wifi. Bagaimana mereka harus 'membunuh' kejenuhan selama di kamar kos.

Kebutuhan komunikasi dengan orang lain saya atasi dengan sering-sering menelepon keluarga. Kadang-kadang juga mengobrol minimal 1 jam dengan teman kos yang lain jika di malam hari setelah mereka bekerja, jika mereka tidak punya kesibukan lain. Selain itu, juga saya salurkan kebisuan saya dengan streaming musik dan bernyanyi.

Mungkin orang akan menyarankan kepada kita untuk mengisi kesibukan dengan memasak atau mencoba resep-resep baru yang kita ingini. Tetapi sekali lagi kami adalah anak kos yang harus juga menghitung pengeluaran dan berat badan agar tidak membengkak. Berat badan dan pengeluaran akan membengkak jika kita hanya mengejar untuk menyenangkan perut kita saja.

Satu-satunya kegiatan yang menyengankan bagi saya anak kos adalah ketika saya pergi ke pasar atau swalayan untuk berbelanja kebutuhan. Inilah satu-satunya waktu merefresh pikiran dengan 'pemandangan yang baru' bertemu dengan orang-orang baru. Selain itu, naluri saya sebagai wanita muncul ketika melihat sayuran-sayuran segar di pasar. Dari sinilah muncul hobi baru saya selama WFH.

Saya membeli sayur-sayuran, seperti pokcoy, selada air, wortel, tomat, serta buah nanas sebagai campuran jus. Harga sayur-sayuran tersebut relatif murah, sekitar Rp 3000-4000 per ikat atau seperempat sehingga aman untuk keuangan anak kos. Jus tomat wortel dengan sedikit susu sebagai pemanis adalah minuman favorit saya. Selain itu, saya juga membuat jus pokcoy dicampur buah nanas. Rasa jus-jus ini begitu segar dan tentu menyehatkan. Yang terlebih penting adalah aman di kantong anak kos.

Saya menjaga pola makan saya dengan berpuasa dan makan sekali sehari. Saya sengaja berpuasa karena saya berpikir saya tidak bekerja, tidak banyak melakukan aktivitas, dan jika saya makan tiga kali sehari maka tentu berat badan saya akan melesat naik. Saya berpikir berpuasa dan berdoa dalah pilihan yang tepat.

Terkadang jika saya tidak berpuasa, saya juga memuat cemilan-cemilan yang ramah di dompet anak kos. Salah satunya adalah cireng. Murah dan mudah membuatnya. Tepung tapioka dibumbui bawang putih, merica, disiram air panas kemudian digoreng. Rasanya sangat gurih sangat cocok dinikmati di sore hari. Demikianlah cara saya menjaga kewarasan saya selama stay at home.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun