Skizofrenia sering disalahpahami sebagai kesurupan atau diguna-guna.
Banyak orang yang tak mengetahui atau paham apa itu skizofrenia. Sebuah sumber menyebutkan dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota umah tangga pengidap skizofrenia. Jumlah tersebut bisa dikatakan bahwa memang tidak banyak atau jarang kita menjumpai penderita skizofrenia di sekitar kita.Â
Oleh karena ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan akan penyakit tersebut sehingga menimbulkan kebingungan ketika harus mendampingi atau merawat penderita skizofrenia. Hal itulah juga yang terjadi dengan keluarga saya ketika saya dinyatakan menderita skizofrenia.
Pada awal saya sakit memang langsung di bawa ke dokter untuk berobat. Tetapi dalam perjalanan waktu ada beberapa kejadian yang masih saya ingat yang dilakukan oleh keluarga saya saat merawat saya. Waktu itu saya masih dalam masa pemulihan.Â
Suatu pagi dalam pikiran saya ada yang mengatakan ada seseorang yang menunggu saya di gereja maka saya diminta untuk segera datang ke sana. Saya berusaha keluar kamar tetapi kakak saya menghalangi.Â
Dia kemudian menyodorkan sebatang rokok kepada saya sambil berkata "Nyoh..nggo kowe. Wis ngomongo saiki ngomongo kwe ki sopo?" Saya yang disodori rokok tentu tidak mau. Karena saya memang tidak merokok.Â
Bahkan, mungkin karena saking bingungnya kakak saya menghadapi saya waktu itu, di sempat menampar saya dengan cukup keras. Itu adalah salah satu usahanya supaya saya sadar dan tidak lari ke luar kamar.Â
Dalam pikiran saya, saya tahu bahwa kakak saya menduga saya kesurupan hanya saja kondisi saya yang larut dalam halusinasi tidak bisa mengkomunikasikan hal tersebut.
Hal semacam itu tidak terjadi hanya sekali. Kejadian yang lain terjadi ketika saya kambuh. Entah tidak paham dengan penyakit saya atau memang terlalu bingung menangani saya, waktu saya kambuh menangis dan ketakutan di kamar, kakak saya lalu membawa saya kepada orang yang dianggap 'orang pandai'.Â
Orang tersebut lantas 'mendoakan' dengan membuat tanda-tanda di tubuh saya. Saya hanya diam saja, tetapi justru halusinasi yang muncul mengejek hal tersebut.
Hal lain yang saya ingat, suatu ketika kakak saya mengajak saya ke pantai membawa beberapa lembar daun sirih. Lalu kakak saya meminta mengingat semua orang yang muncul di pikiran saya dan mengikuti kata-katanya lalu membuang daun tersebut ke laut. Saya sebagai adik hanya manut saja. Saya juga berpikir hanya ingin cepat sembuh. Malam harinya saya justru terbangun dan merasa dada saya berdetak kencang serta muncul perasaan takut.
Hal terakhir yang saya ingat, adalah yang dilakukan oleh ibu saya. Ketika saya di rumah suatu malam saya diminta untuk mandi air kelapa hijau. Saya sebenarnya sangat tidak suka dan bersungut-sungut. Tetapi karena ibu saya memaksa maka saya pun menurutinya. Dan benar saja setelah itu halusinasi saya justru lebih banyak. Â
Melihat pengalaman yang saya alami alangkah baiknya jika orang-orang atau keluarga yang mendampingi penderita skizofrenia diberi pengertian yang sejelas-jelasnya mengenai penyakit ini.Â
Supaya mereka dapat mengerti bahwa penderita skizofrenia tidaklah kesurupan atau pun disebabkan oleh guna-guna sehingga mereka dapat memberikan penanganan yang tepat terhadap penderita. Ada baiknya juga pendamping diminta banyak-banyak membaca mengenai penyakit ini, baik gejala, pengobatan, dan lain-lain. Ini akan sangat membantu.
Jangan mencoba cari penyebabnya
Kebanyakan orang jika sakit mereka akan buru-buru mencari apa yang menyebabkan sakit itu muncul. Namun, dalam menangani skizofrenia tidak haruslah demikian.Â
Berdasar pengalaman saya itu justru hanya akan memperburuk keadaan. Suatu waktu saya diminta untuk menceritakan apa yang saya alami kepada psikolog sekolah. Saya hanya manut-manut saja. Tetapi yang terjadi kemudian adalah halusinasi yang muncul justru lebih banyak. Kemudian mereka menghentikan kegiatan konseling tersebut.Â
Orang yang memiliki masalah tetapi dalam kondisi kesadaran yang baik ketika diminta menceritakan masalah mereka mungkin akan bisa lega. Tetapi tidak demikian dengan penderita skizofrenia.Â
Dokter yang menangani saya pun berkata tidak perlu mencari tahu apa penyebabnya, lebih baik fokus pada pengobatan saja. Jadi bagi para pendamping atau pun teman-teman penderita skizofrenia tak perlulah bertanya-tanya apa yang menjadi masalah atau beban pikiran orang tersebut. Karena itu bukan solusi.
Ajaklah mereka bercerita Â
Yang saya maksud bercerita di sini adalah apa yang muncul dipikirannya bukan apa masalahnya. Karena kebanyakan penderita skizofrenia mengalami delusi atau waham, yaitu keyakinan-keyakinan yang tidak masuk akal. Jika mereka bercerita yang aneh-aneh ajaklah mereka berpikir logis tetapi jangan menghakimi bahwa keyakinan mereka salah.
Karena bagi penderita skizofrenia hal tersebut bisa terasa sangat nyata. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh rekan saya ketika mendampingi saya. Selain itu cobalah mereka membaca banyak artikel tetang penyakit mereka itu akan sangat membantu. Itu juga yang saya lakukan.
Mintalah mereka meminum obat secara teratur
Ini adalah hal yang penting untuk  memperoleh kesadaran secara cepat. Teratur meminum obat juga mengurangi dan mencegah halusinasi berat. Bagi sebagian penderita mereka pasti akan mengalami kebosanan meminum obat.Â
Tidak apa-apa, tetaplah memotivasi mereka. Pada suatu titik setelah mengalami jatuh bangun kambuh sadar, mereka akan menemukan kesadaran bahwa mereka benar-benar sakit dan mereka butuh obat untuk tetap bisa hidup normal.
Ajaklah mereka berdoa dan 'khotbahi' mereka
Satu hal yang saya suka ketika keluarga saya merawat saya mereka selalu mendoakan saya, mengajak saya berdoa, dan menasihati saya untuk selalu berharap kesembuhan kepada Tuhan.Â
Saya sangat suka ketika kakak saya menasihati saya dan 'mengkhotbahi' saya tentang banyak hal. Dalam kasus saya, saya tidak suka menyendiri saya justru lebih senang jika ada yang menemani saya.
Satu hal yang perlu diingat ketika mendampingi penderita skizofrenia adalah jangan mengatakan atau berbisik-bisik hal buruk tentang mereka. Karena sekalipun kelihatanya kondisi mereka tidak bisa diajak berkomunikasi tetapi ingatan mereka tetap bekerja merekam segala peristiwa yang terjadi bahkan ingatan tentang halusinasi mereka. Jika itu terjadi itu akan meninggalkan luka dalam hati mereka.
Demikian pengalaman saya. Semoga bagi para penderita skizofrenia tetap semangat menjalani hidup. Kesembuhan itu ada.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H