Minggu ini kami sedang menginap di rumah pulau Tidung, pulau tropis yang eksotis. Baru kali ini merasa begitu kedinginan berada di area pantai setelah dini hari tadi hujan tiba-tiba mengguyur pulau ini.
Hujan semalam ternyata hanya permulaan. Di pagi hari, matahari masih muncul malu-malu. Udara dingin menyurutkan semangat orang yang ingin berenang di pantai. Sampai jam setengah sebelas matahari masih tertutup awan mendung. Kemudian gerimis.
Perahu pencari ikan merapat ke tepian. Tidak sanggup memancing dalam keadaan gerimis dan angin.Â
Kalau sudah begini, sia-siakah pergi ke pulau tropis? Ternyata tidak. Masih ada hal yang bisa dilakukan sebagai upaya bersenang-senang.
Dintaranya, tentu saja, makan. Membeli kudapan asli pulau seribu. Orang sini menyebutnya dengan "kerupuk cue", disesuaikan dengan lidah menjadi "pucue" Pas sekali dimakan hangat dengan cocolan sambel kacang yang pedas.Â
Jangan dibayangkan sebagai kerupuk yang renyah ya. Karena makanan ini sesungguhnya sangatlah mirip dengan cireng. Bahan bakunya pun sama yaitu tepung tapioka. Bedanya, pucue ditambahkan banyak ikan dalam adonannya. Kemudian cara pengolahannya pun berbeda. Setelah adonan jadi, lalu direbus/dikukus. Setelah itu barulah dipotong-potong dan digoreng. Sedaap
Kedua, nyari biji ketapang di pinggir pantai. Mungkin selain orang pantai, belum banyak yang tahu kalau buah ketapang bisa dimakan. Buah ketapang yg sudah matang, dibuka dengan pisau, di dalamnya ada biji yang kalau dimakan rasanya aduhai ga kalah dengan gurihnya kacang almond. Saya berpikir kalau bisa dibudidaya dan dijual pasti amboi nih cuannya. Haha
Ketiga makan mie ayam. Mie ayam legendaris di pulau Tidung cuma ada satu yaitu mie ayam wa Tibut. Wa Tibut ini bukan asli pulau Tidung. Beliau orang Cirebon sudah berjualan mie ayam sejak 20 tahun yang lalu. Mengawali karier sebagai penjual mie ayam keliling pulau Tidung, dan sekarang warungnya ada di area Jembatan Cinta.
Sebetulnya saya ingin mengulas lebih banyak tentang makanan unik di Pulau Tidung, karena masih banyak yg lainnya. Tapi sebaiknya itu saya tuangkan khusu di artikel terpisah.Â
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H