STUDI KOMPERASI MANAJEMEN PENDIDIKAN FINLANDIA DAN JEPANG :Â
MEMBANGUN PENDIDIKAN DENGAN NILAI YANG BERBEDA
Yuliana 1 , Renna Azmar 2 , Khairul Amri 3Â
1,2,3,Program Studi Pedagogi Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning
Jl. Yos Sudarso KM. 8 Rumbai, Pekanbaru, Riau, telp. 0811 753 2015
e-mail: 1 yuliana179@guru.smk.belajar.id, 2 rennaamr13@gmail.com,3 amriandela83@gmail.com
Finlandia dan Jepang merupakan dua negara dengan sistem pendidikan yang sangat berbeda namun sama-sama menginspirasi banyak negara lain di dunia. Finlandia dikenal dengan pendekatannya yang unik, mengutamakan kesejahteraan siswa dan fleksibilitas pengajaran yang memungkinkan siswa berkembang secara holistik. Sementara itu, Jepang menekankan pada disiplin dan etos kerja yang kuat, yang tercermin dalam kurikulum yang terpusat dan lingkungan belajar yang penuh aturan. Perbedaan manajemen pendidikan ini tidak hanya memengaruhi kualitas akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa dan budaya belajar di kedua negara. Artikel ini akan mengupas lebih dalam perbandingan manajemen pendidikan di Finlandia dan Jepang dari aspek kurikulum, peran guru, lingkungan belajar, serta dampak masing-masing pendekatan terhadap capaian siswa dan kesejahteraan mereka.
Di Finlandia, manajemen kurikulum bersifat desentralisasi, di mana guru memiliki kebebasan besar dalam menentukan metode dan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pendekatan ini memungkinkan kurikulum yang lebih fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Kurikulum Finlandia tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup, seperti kemampuan berkolaborasi, berpikir kritis, dan keterampilan sosial.
Di Jepang, kurikulum lebih terpusat dan dikendalikan oleh pemerintah pusat, yang memastikan bahwa setiap siswa di negara ini menerima standar pendidikan yang sama. Kurikulum di Jepang didesain untuk menanamkan kedisiplinan, ketekunan, dan tanggung jawab pada siswa sejak usia dini. Fokusnya pada pencapaian akademik sering kali didukung oleh sistem ujian nasional yang ketat. Meskipun ini membantu menciptakan hasil yang konsisten, tekanan yang tinggi akibat standar yang ketat dapat menjadi beban psikologis bagi sebagian siswa. Namun, Jepang percaya bahwa kurikulum yang terstruktur akan memberikan bekal kuat bagi siswa untuk bersaing dalam dunia kerja yang kompetitif.
Guru di Finlandia dianggap sebagai profesional dengan standar yang sangat tinggi. Seleksi guru sangat ketat, dan hanya kandidat dengan gelar master dan kemampuan mengajar terbaik yang dapat bergabung dalam profesi ini. Guru diberi kebebasan untuk merancang pengajaran sesuai kebutuhan siswa, yang memungkinkan mereka mengembangkan kreativitas dan pendekatan pengajaran yang inovatif. Selain itu, guru Finlandia mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat dan pemerintah, sehingga mereka lebih mandiri dalam mengelola ruang kelas tanpa intervensi berlebihan.
Sebaliknya, di Jepang, guru juga memiliki peran yang penting namun berada dalam struktur yang lebih terikat. Mereka diharapkan untuk mengikuti kurikulum yang ketat dan standar nasional yang sudah ditentukan. Di samping itu, guru di Jepang berperan besar dalam membentuk karakter dan kedisiplinan siswa melalui berbagai kegiatan di luar akademik, seperti klub atau organisasi sekolah. Dengan demikian, guru di Jepang tidak hanya bertanggung jawab dalam aspek akademik tetapi juga dalam penanaman nilai-nilai moral dan etika pada siswa.
Lingkungan belajar di Finlandia sangat mendukung kesejahteraan siswa. Jumlah siswa per kelas relatif kecil, dan ruang kelas dirancang untuk memberi kenyamanan dan meminimalkan stres pada siswa. Waktu belajar yang lebih singkat dibandingkan dengan negara lain memberi siswa kesempatan untuk melakukan aktivitas di luar sekolah, mengembangkan hobi, dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Finlandia percaya bahwa kesejahteraan emosional siswa akan meningkatkan motivasi belajar dan mendukung perkembangan pribadi mereka.
Sementara itu, di Jepang, lingkungan belajar diwarnai oleh disiplin yang tinggi. Siswa terbiasa dengan jadwal yang padat dan aturan yang ketat di sekolah. Kegiatan belajar di Jepang sering kali berlanjut di luar jam sekolah, seperti melalui kegiatan ekstrakurikuler atau juku (bimbingan belajar di luar sekolah). Budaya belajar ini bertujuan untuk membentuk siswa yang disiplin, tangguh, dan siap menghadapi tantangan akademik. Meskipun sistem ini berhasil membentuk siswa dengan karakter kuat, tekanan yang mereka alami dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental.
Pendekatan Finlandia yang mengutamakan keseimbangan antara akademik dan kesejahteraan emosional terbukti menciptakan siswa yang memiliki antusiasme tinggi dalam belajar. Siswa Finlandia menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas yang baik, serta tingkat kebahagiaan yang relatif tinggi dibandingkan negara lain. Pendekatan ini juga mendorong perkembangan holistik siswa yang mencakup keterampilan hidup penting.
Di sisi lain, pendekatan Jepang yang menekankan kedisiplinan dan pencapaian akademik mampu menghasilkan siswa dengan prestasi akademis yang luar biasa. Sistem pendidikan Jepang menciptakan siswa yang ulet, disiplin, dan memiliki etos kerja yang kuat. Namun, tekanan akademik yang tinggi dapat meningkatkan risiko stres dan kecemasan pada siswa, yang kadang kala menjadi tantangan bagi kesejahteraan psikologis mereka.
Studi komparasi ini memperlihatkan bahwa Finlandia dan Jepang mengimplementasikan pendekatan manajemen pendidikan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama---yakni pendidikan berkualitas dan pembentukan karakter siswa. Finlandia menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam pendidikan dan kesejahteraan siswa dapat menghasilkan capaian yang baik tanpa mengorbankan kesehatan mental siswa. Sementara itu, Jepang membuktikan bahwa kedisiplinan dan kerja keras dapat membentuk generasi yang tangguh dan berprestasi.
Tidak ada satu model pendidikan yang dapat dianggap paling baik, karena setiap negara memiliki nilai dan kebutuhan yang berbeda. Pelajaran yang bisa dipetik dari studi ini adalah pentingnya keseimbangan antara capaian akademik dan kesejahteraan siswa. Pendidikan tidak hanya tentang prestasi, tetapi juga tentang membentuk individu yang siap berkontribusi pada masyarakat dengan kesejahteraan mental yang terjaga. Studi ini mengingatkan kita bahwa manajemen pendidikan yang efektif adalah yang mampu menyesuaikan dengan konteks sosial dan budaya, serta adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H