Di Balik Tren Hijab Turban: Modis, Praktis, tapi Kontroversial?
Hijab, sebagai bagian dari identitas muslimah, telah mengalami transformasi yang signifikan dari masa ke masa. Tidak hanya sebatas kewajiban agama, hijab kini juga menjadi bagian dari ekspresi diri, terutama di era digital. Salah satu tren hijab yang sedang populer di kalangan milenial dan Gen Z adalah gaya hijab turban. Â
Hijab turban menawarkan kesan modern, praktis, dan tetap fashionable. Gaya ini biasanya berbentuk lilitan kain yang menyerupai turban, memberikan kesan sederhana namun elegan. Popularitasnya tidak lepas dari peran para influencer hijabers yang aktif di media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube. Mereka berhasil menjadi trendsetter dengan menginspirasi muslimah untuk mengadopsi gaya ini, baik untuk aktivitas kasual, formal, maupun semi-formal. Â
Kenapa Hijab Turban Begitu Diminati?
Tidak sedikit muslimah yang mengaku mengikuti tren ini karena terinspirasi dari influencer hijabers. Mereka menganggap hijab turban sebagai solusi praktis untuk tampil modis tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman. Bahkan, bagi mereka yang baru mulai berhijab, hijab turban dianggap sebagai pilihan nyaman karena tidak terlalu menutup kepala secara ketat sehingga mengurangi rasa gerah. Â
Namun, tren ini juga melibatkan fenomena sosial seperti fear of missing out (FOMO) atau ketakutan akan ketinggalan tren. Banyak muslimah milenial dan Gen Z yang merasa perlu mengikuti gaya ini agar tetap relevan dengan lingkungannya. Â
Dampak Positif dari Tren Hijab Turban
Tren ini membawa sejumlah dampak positif, antara lain: Â
1. Mempermudah Muslimah Beradaptasi dengan Hijab
Hijab turban bisa menjadi langkah awal bagi muslimah yang belum terbiasa berhijab secara penuh, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan perlahan. Â
2. Memberikan Ruang untuk Bereksplorasi
 Dengan gaya yang fleksibel, muslimah bisa mengkreasikan hijab turban sesuai dengan kebutuhan acara atau gaya pribadi. Â
3. Mendorong Industri Fashion Muslimah
 Tren ini membuka peluang bagi desainer lokal dan internasional untuk menciptakan produk hijab yang lebih inovatif, sekaligus memperluas pasar busana muslimah secara global. Â
Dampak Negatif yang Tidak Bisa Diabaikan
Namun, popularitas hijab turban juga memunculkan sejumlah kritik dan tantangan, seperti: Â
1. Tekanan Sosial dan Standar Kecantikan BaruÂ
 Tren ini sering kali menciptakan standar kecantikan tertentu, sehingga muslimah merasa perlu tampil dengan gaya tertentu agar diterima. Â
2. Potensi Penyimpangan Makna Hijab
 Banyak kritik muncul bahwa hijab turban dianggap terlalu modern hingga melupakan esensi spiritual hijab sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Â
3. Konsumsi BerlebihanÂ
 Gaya hijab yang berubah-ubah ini mendorong muslimah untuk terus membeli produk baru, yang akhirnya membuat hijab lebih terlihat sebagai tren konsumtif daripada ibadah. Â
Refleksi: Tren vs. Esensi Hijab Â
Hijab turban, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menjadi contoh nyata bagaimana tren dapat membentuk gaya hidup muslimah. Namun, penting bagi kita untuk tetap mempertimbangkan esensi hijab sebagai simbol ketaatan dan identitas agama, bukan sekadar mengikuti arus mode. Â
Sebagai muslimah, kita perlu bijak dalam menyikapi tren ini. Mengadopsi gaya modern boleh saja, asalkan tidak melupakan nilai-nilai spiritual dan prinsip dalam berhijab. Karena pada akhirnya, hijab bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang keyakinan dan penghormatan terhadap aturan agama. Â
Apakah hijab turban bisa menjadi solusi bagi muslimah modern tanpa mengorbankan esensi agama? Atau justru sebaliknya, tren ini perlahan menggeser makna hijab sebagai kewajiban?Â
Mari kita renungkan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H