Mohon tunggu...
Yuliana Rinang
Yuliana Rinang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengangguran yang lagi kuliah

Suka membaca, kadang-kadang menulis, selebihnya misuh-misuh.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Refleksi dan Kesimpulan

18 April 2024   12:25 Diperbarui: 18 April 2024   12:31 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5804337/kisah-ki-hajar-dewantara-pahlawan-pendidikan-yang-bikin-marah-penjajah

Tak dapat dipungkiri, pandangan saya terhadap pendidikan dan pengajaran ternyata masih terdapat banyak bias. Sebelum saya mempelajari Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, saya cenderung menganggap pendidikan dan pengajaran adalah menulis di atas kertas kosong. Murid ibarat kertas kosong yang bisa diisi sesuai dengan kemauan kita sebagai pengajar atau guru, dan bagaimana murid itu ke depannya sepenuhnya bergantung pada bagaimana kita membentuk mereka. Namun, dalam dasar-dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara dijelaskan bahwa pendidikan sesungguhnya adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan "kodrat" yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, anak bukanlah kertas kosong, mereka lahir dengan membawa kodratnya sendiri, tugas guru hanya menuntun tumbuh kembang kodrat tersebut dengan mindset among, yakni Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun kehendak), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).

Selain itu, sebelumnya saya juga cenderung skeptis dengan konsep pendidikan yang berpusat pada peserta didik, meskipun saya sudah sering mendengarnya, namun saya meragukan implementasinya di lapangan. Saya menganggap bahwa konsep pendidikan yang berpusat pada peserta didik hanya mungkin untuk dilakukan jika sejak usia dini peserta didik diberi kebebasan untuk berpikir dan mengetahui minat mereka. Jika di taraf pendidikan dasar konsep pendidikan yang diterapkan tidak berpusat pada peserta didik, maka sulit untuk menerapkan konsep tersebut di taraf sekolah menengah dan lanjutan. Dalam banyak kesempatan saya seringkali menggunakan metode ceramah di kelas, sehingga peserta didik cenderung pasif. 

Saya juga kurang memahami karakteristik peserta didik sehingga  cenderung menyamaratakan  kemampuan  mereka. Padahal, jika ditilik lebih dalam, mungkin inilah salah satu penyebab murid kehilangan motivasi belajar dan tidak bersemangat,  karena  tidak terjadi komunikasi dua arah, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna bahkan menjadi tidak menyenangkan.

Dari modul Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara pula saya dicerahkan oleh pemahaman bahwa pendidikan tidak hanya untuk menumbuhkembangkan aspek kognitif peserta didik tetapi juga budi pekerti mereka secara menyeluruh yang meliputi Cipta, Rasa, Karsa, dan Karya sehingga aspek afektif dan psikomotorik mereka juga tumbuh dan berkembang. Konsep ini mirip dengan Metode Montessori yang lebih terkenal secara global, yakni sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan pada pengembangan individu secara keseluruhan, baik fisik, mental, emosional, maupun sosial.

Mempelajari dasar-dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara banyak merubah mindset saya. Saya berkesimpulan bahwa sebagai calon tenaga pendidik, salah satu ha terpenting yaitu kita harus menghargai setiap perbedaan dan karakteristik peserta didik, karena setiap anak terlahir dengan karakter dan keunikan masing-masing. Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan guru sebagai seorang petani. Seperti halnya petani yang tidak dapat memaksakan tanaman tumbuh dengan cara yang sama, pendidik juga tidak bisa memaksakan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan cara yang sama. Setiap tanaman memerlukan perhatian dan perawatan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing tanaman, begitu juga setiap anak memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Seperti halnya tanaman, lingkungan yang baik dan mendukung akan membantu anak tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Perubahan mindset itu juga mendorong saya untuk melakukan perubahan dalam perilaku saya sebagai seorang calon tenaga pendidik, ke depannya saya akan berusaha untuk lebih memahami karakter peserta didik saya dan berupaya memberikan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Hal yang mungkin dapat segera saya terapkan di kelas setelah merefleksikan dasar-dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu berupaya lebih keras untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berusaha mengakomodir kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, juga merancang  dan melaksanakan pembelajaran yang inklusif dan interaktif dengan senantiasa melibatkan murid.

Di sekolah dan kelas tempat saya mengajar, kami juga berupaya menjalankan proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya. Salah satu upayanya yaitu dengan mengenalkan dan menerapkan nilai-nilai sosial budaya dalam proses pembelajaran, termasuk menggunakan bahasa dan kebudayaan lokal sebagai contoh ketika menjelaskan materi pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun