Mohon tunggu...
Yuliana Puspita
Yuliana Puspita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Life Traveler

Menulis untuk diriku

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Aku Berlindung dari Godaan Sampah Plastik yang Ter...

10 Mei 2019   23:48 Diperbarui: 11 Mei 2019   00:08 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Indonesia selalu antusias dalam menyambut bulan Ramadan. Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah, baik itu keberkahan dunia maupun keberkahan akhirat. Tentu kita sudah terbiasa dengan pemandangan pasar kaget yang muncul di sekitar kita menjelang berbuka puasa. Tradisi yang hanya terjadi di bulan Ramadan. Dimana para penjaja makanan yang tetap maupun yang musiman, semuanya berlomba mencari rezeki yang berkah dalam suka cita bulan Ramadan.

Di bulan puasa omset para pedagang cenderung meningkat drastis. Tidak cuma yang berjualan makanan bahkan komoditas-komoditas lain yang cenderung konsumtif ikut meningkat. Hal ini patut disyukuri karena bulan Ramadan ikut berperan dalam meningkatkan nilai transaksi ekonomi di Indonesia.

Namun peningkatan aktivitas ekonomi selama bulan Ramadan ternyata punya sisi gelap. Limbah plastik yang menjadi produk buangan para pelaku ekonomi meningkat drastis selama bulan Ramadan. Ini tentu merupakan masalah tersendiri bagi lingkungan hidup.

Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia adalah penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia dengan 1,29 juta metrik ton per tahunnya. Tentu ini angka yang luar biasa tinggi. Sebagai manusia beriman kita patut malu terhadap masyarakat dunia karena sudah merusak bumi yang diamanahkan oleh Allah kepada kita.

Lalu bagaimana baiknya untuk mengatasi masalah sampah plastik ini? Tidak ada cara instan dalam mengatasi hal ini, perlu partisipasi semua pihak untuk mempercepat proses perbaikan. Pemerintah sebagai pembuat regulasi, pelaku usaha sebagai kontributor utama sampah plastik, dan diri kita sendiri sebagai bagian dari masyarakat. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan dari sampah plastik bagi lingkungan perlu ditumbuhkan.

Bayangkan bagaimana kehidupan saudara-saudara kita para nelayan yang menggantungkan hidupnya dari laut, merekalah yang terkena imbas langsung. Bayangkan juga bagaimana dampaknya bagi anak cucu kita di masa depan bila bumi ini terus dikotori dengan sampah plastik yang kita produksi. Semua diawali dengan kesadaran diri kita untuk membuka hati kita dan berempati kepada bumi serta kepada sesama manusia.

Untuk menanggulangi masalah sampah plastik ini cukup memulai dari diri kita sendiri, tidak perlu menunggu pemerintah mengeluarkan aturan atau kesadaran para pelaku bisnis, cukup diri kita sendiri. Apa yang bisa kita lakukan? Sebenarnya banyak tips yang bisa kita praktekan langsung. Sebagian yang dibahas di sini semoga bisa menambah wawasan anda.

sumber: pixabay.com
sumber: pixabay.com

Menggunakan kantong belanja non plastik
Bila sebelumnya ketika berbelanja anda menggunakan kantong plastik dari penjualnya, maka sekarang anda bisa menggantinya dengan menggunakan tas atau kantong belanja non plastik yang anda bawa sendiri dari rumah.

Selain lebih kuat tas belanja juga bisa dipakai lebih lama dibandingkan kantong plastik, dan yang pasti lebih ramah lingkungan. Namun jika keadaan mendesak membuat anda harus menggunakan kantong plastik, gunakan kantong plastik bekas yang ada di rumah anda. Cukup bersihkan sebelum digunakan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun