Mohon tunggu...
Yuliana
Yuliana Mohon Tunggu... Guru - Guru - Guru Penggerak Angkatan 7 - SMAN 4 Cibinong

I love swimming, reading, playing basket ball, travelling; My characters are gentle, full of love, love to sharing and caring; The dominan topic is education.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengganti Budaya Sarkasme dengan Mengembangkan Kekuatan Sosial Budaya

26 Agustus 2023   19:59 Diperbarui: 26 Agustus 2023   20:09 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rencana Aksi

 

                Membuat Program yang membantu Para Peserta Didik untuk menghilangkan kebiasaan berkata-kata kasar atau menggunakan Gaya Bahasa Sarkasme. Prosesnya adalah mengganti budaya bergaya bahasa Sarkasme dengan budaya sopan, yaitu kekuatan sosial budaya setempat. Karena sekolah saya berlokasi di Cibinong yang merupakan daerah sunda maka kekuatan sosial budaya yang dipakai adalah SOMEAH.

 Someah adalah budaya Sunda. Adapun, kata someah mengandung nilai-nilai kepribadian masyarakat Sunda, yang sopan, ramah, dan terbuka (Video Someah : https://www.youtube.com/watch?v=e4KquFVHRgI&t=40s ).

Adapun bantuan yang diberikan adalah sebagai berikut ini :

  • Menyediakan sebuah kantung yang diberi nama Kantung Kebajikan Someah bagi setiap siswa.
  • Setiap siswa mengenakan kantung tersebut. Kantung tersebut adalah kantung ID Card yang beralih fungsi menjadi Kantung Kebajikan Someah. Setiap kali siswa berkata kasar atau bergaya bahasa Sarkasme maka siswa mencatatnya di kertas yang sudah disediakan dalam kantung. Hal ini berlangsung selama dua minggu.
  • Setelah 2 minggu, maka kantung dikumpulkan dan dibuat data yang berisi informasi dalam sehari berapa kali siswa berkata-kata kasar.
  •  Data tersebut secara pribadi diberikan kepada siswa terkait melalui WA
  • Setelah itu Kantung Someah dikembalikan kepada Siswa untuk melanjutkan kegiatan. Tetapi berbeda dengan kegiatan sebelumnya yang dilakukan natural maka di kegiatan tahap 2 bila siswa ingin mengucapkan kata tidak sopan maka siswa melaksanakan Kompetensi Sosial Emosional dengan melakukan kegiatan mengatur nafas dan bila sudah tenang  baru berbicara. Siswa juga sudah menyiapkan kata-kata pengganti. Misalnya, kata "anjing" diganti dengan "pintar".  Selama 2 minggu hal ini dilaksanakan dan kembali di review. Kegiatan dilaksanakan berulang hingga hasil akhir data adalah zero atau kosong. Atau terburuknya adalah jauh berkurang. Untuk kata pengganti, bagi yang muslim bisa dengan istighfar (astafirulloh) sedangkan yang Kristen bisa dengan mengucapkan "puji Tuhan".
  • Saat ini peneliti masih berproses melaksanakan pengembangan Someah ini. Sedangkan salah satu pihak yang sudah berhasil melaksanakan program sejenis ini adalah ibu Yanti Komalasari pada salah satu SD Swasta.

Harapan 

                Semoga  ada gerakan bersama Para Pendidik untuk merubah Gaya Bahasa Sarkasme pada Para Peserta Didik kita menjadi Gaya Bahasa yang seharusnya mereka miliki yaitu "Sopan dan Santun".

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun