Perjalanan SunyiÂ
Menulis disertasi merupakan perjalanan sunyi mahasiswa untuk menguji ketahanan, ketelatenan, dan ketekunan melaksanakan tanggung jawab (Prof. Anita Lie, M.A., Ed.D.)
Menulis bisa menjadi sarana pertobatan penulisnya. Kalimat itu keluar dari rentetan kata-kata ketika saya menjawab pertanyaan, "Ceritakanlah bagaimana proses menulis Anda sehingga Anda dapat selesai studi tepat waktu dengan hasil sangat memuaskan!" Beberapa teman mengapresiasi jawaban saya tersebut bahkan ada teman yang ingin menggunakan kata-kata yang sama pada sidang akhirnya. Kalimat yang terucap dalam menjawab pertanyaan di atas bukan sebagai "gaya-gayaan" namun merupakan sebuah refleksi.
Akhir dari kuliah adalah menulis atau mengerjakan tugas akhir kemudian ujian. Ada berbagai macam bentuk tugas akhir, yaitu membuat penelitian, menuliskan hasilnya, dan ujian. Ada banyak tahap yang mesti dilalui dari kegiatan menulis, yaitu setelah memiliki tema kemudian mapping artikel untuk mencari gap, menemukan grand theory, menyusun latar belakang, permasalahan, teori-teori pendukung, ambil data, pengolahan data, deskripsi data, pembahasan. Â Oleh karena itu, sangatlah tepat jika dikatakan bahwa menulis tugas akhir merupakan perjalanan sunyi penulisnya.
Pada saat seorang mahasiswa menulis, misalnya menulis disertasi maka mahasiswa tersebut berhadapan dengan segala persoalan menulis secara pribadi. Pada kenyataannya memang begitu. Mahasiswa sudah tidak lagi bersama tema-teman lainnya untuk mengikuti kuliah. Mahasiswa sudah sangat sulit berkumpul untuk berdiskusi bahkan untuk hang out bersama untuk "kopdar" atau kopi darat. Perjalanan sunyi dalam menulis dijalani oleh diri mahasiswa sendiri bersama promortor dan kopromotornya. Pergolakan batin menjadi tanggung jawabnya sendiri dan dirinyalah yang memiliki tanggung jawab menyelesaikan.
Perjalanan sunyi menulis, bagaikan perjalanan menuju puncak gunung. Penulis bisa terengah-engah kerena jalan tanjakan yang dilalui. Di suatu saat bisa merasakan semilir angin yang menyegarkan karena pengalaman pertolongan dalam memecahkan permasalahan. Suatu saat merasakan teriknya matahari karena kendala yang ditemui. Suatu ketika juga merasakan dinginnya malam dan pekatnya gelap karena seperti menemui jalan buntu. Suatu ketika melihat secercah sinar bintang, remang-remang sinar rembulan, dan hangatnya udara karena pengalaman-pengalaman yang menguatkan.
Perjalanan sunyi tidaklah selalu sunyi mencekam. Perjalanan sunyi dalam menulis membangun diri menjadi semakin mau belajar, sabar, rendah hati, dan bijaksana. Perjalanan sunyi menulis menumbuhkan kesadaran penulis untuk bergantung pada yang Ilahi. Dalam pencerahan pada perjalanan sunyi menulis jalan-jalan keluar yang ditemukan sangat sering di luar pemikiran atau prediksi. Jalan-jalan yang ditemukan sering terasa bagaikan mukjizat yang menyiramkan aura untuk terus mengucap syukur atas perjalanan sunyi yang dijalaninya.
Perjalanan sunyi menulis mendorong pribadi menemukan makna yang lebih mendalam dan tinggi yang mengantarkan individu penulis untuk mengucap syukur. Akhirnya dalam jalan sunyi yang dilalui mampu mengantarkan penulis memandang segalanya baik dan indah, segalanya merupakan syukur, dan segalanya karunia sang Ilahi. Penulis hanyalah bagaikan debu yang tak terlihat, bagaikan wayang yang dimainkan si dalang, yaitu Sang Ilahi.
Perjalanan sunyi penulis mengantarkan penulis menuju disermen atau penegasan Roh bagaimana Roh Allah bekerja dalam dirinya. Bagaimana Roh menuntunnya, memberikan sinar cemerlang, dan mengarahkan jalannya menuju titik pencerahan sehingga penulis dimampukan menyelesaikan perjalanannya.
Akhir perjalanan sunyi menulis adalah awal perjalanan kehidupan selanjutnya untuk mengabdikan semua yang dimiliki dengan pelayanan menyongsong masa berikutnya. Perjalanan sunyi menulis mengantarkan penulis untuk terus bertansformasi mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan dan sesama serta seluruh ciptaan. Selamat bertansformasi dan terus bertransformasi. Janganlah lelah menebarkan kebaikan dan kabar baik dalam seluruh perjalanan baik dan tidak baik situasinya, hanyalah terus menebarkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H