Mohon tunggu...
Yuliana Podungge
Yuliana Podungge Mohon Tunggu... Guru - Profesi saya seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah lanjutan di kab Boalemo jabatan sebagai guru madya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikulum

Hobi saya membaca dan menulis saya senang membuat konten- konten pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Perjalanan Gadis Kecil Meraih Sukses

30 Agustus 2023   20:29 Diperbarui: 30 Agustus 2023   20:37 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara Ros dengan adik-adiknya perempuan lagi sibuk di dapur mempersipakan makanan ala kadarnya yang akan disaikan pada paman dan bibi mereka, sesekali Ros mendengar perbincangan dari ruang tamu, bahwa tujuan paman dan bibinya untuk mengajak Ros ikut bersama mereka dan mereka juga bermaksud untuk membiayai sekolahnya Ros ke jenjang yang lebih tinggi, dengan perasaan senang dan bahagia, dalam hati Ros berfkir kesempatanku untuk bisa belajar sudah terbuka, sudah ada di depan mata, semakin semangat Ros menyiapkan menu makan malam untuk paman dan Bibinya, namun apa yang  dibayangkan oleh Ros tidak seindah dalam bayanganya, kedua orang tuanya belum bisa mengijinkan Ros untuk ikut bersama Paman dan Bibinya, dengan alasan bahwa Ros adalah anak tertua yang memang sudah  membantu ibunya untuk bisa mengurus Rumah serta mengurus adik-adiknya.

Seketika hati Ros kecewa dan sedih tapi hal ini tidak di tampakkannya di hadapan kedua orang tuanya serta paman dan bibinya, Ros tetap terlihat Happy  seakan-akan belum mengetahui isi pembicaraan  dari orang tua serta dan paman dan bibinya  diruang tamu. 

Setelah semua menu sudah tersedia di meja makan, Ros mempersilahkan paman dan Bibi serta orang tuanya dan juga adik-adiknya  untuk makan malam bersama dengan penuh kekeluargaan dan persaudaraan, yang memang hal ini sangat jarang terjadi, suasana di meja makan malam itu memang menunjukkan rasa kebersamaan, tidak ada yang berfikir bahwa ada hati yang lagi bersedih yaitu hati seorang anak kecil yang memiliki cita-cita yang sangat tinggi untuk menjadi anak yang sukses.

Makan malam kelaurgapun selesai, Ros membersihkan meja makan sementara paman dan bibi serta kedua orang tuaya berpindah tempat duduk di ruang tamu kembali sambil melanjutkan pembicaraan mereka, setelah urusan dapur selesai Ros bersiap masuk kedalam kamar melewati ruang tamu, tanpa mau menggangu pembicaaran mereka, Ros melewati ruang tamu  dengan penuh sopan sambil berbungkuk,  namun paman dan bibinya memanggil Ros dan mengajaknya untuk duduk bersama di ruang tamu, fikiranya mulai bertanya-tanya, ada apa ya? Mengapa aku di ajak ikut bersama dengan mereka? 

Perlahan Ros duduk didekat ibunya, sambil tetap menunduk, Ros.... Perlahan bibinya memanggil namanya dengan penuh kelembutan.. lalu memulai percakapan tentang kabar, tentang  nilai yang diperoleh di ujian kemarin, kemudian apa rencana Ros setelah tamat, mau melanjutkan sekolah ke mana, dan masih banyak lagi hal yang ditanyakan oleh paman dan bibinya.

Setelah itu bibinya menawarkan  Ros agar melajutkan sekolah di pusat kecamatan, kebetulan di dekat rumah bibi ada sekolah MTs yang mutu pendidikannya sudah bagus dan banyak fasilitas yang menujang pembelajaran, dan meminta Ros untuk tinggal bersama dengan mereka.

Masih dalam posisi menunduk Ros menyampaikan keinginannya untuk sangat ingin sekolah di tempat seperti itu dan itu memang menjadi impian dan harapanya, Ros tidak berani meamndang orang tuanya sebab Ros sudah dengar dipembicaraan tadi siang bahwa memang orang tuanya belum mengijinkannya untuk sekolah jauh dari rumah dengan berbagai alasan, kedua  orang tuanya saling bertatapan.. seakan mereka paham apa yang ada dalam fikiran anak mereka, hmmmmm......Bibinya menarik nafas dalam-dalam... lalu berbisik jika Ros mau maka bibi akan membujuk kedua orang tuamu agar  dapat mengijinkanmu untuk ikut bersama paman dan bibi, Ros mengangkat kepala dan tersenyum sambil menganguk tapi belum berani menatap kedua orang tuanya.

#to be continued #

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun