Mohon tunggu...
Yulia Citra Dewi
Yulia Citra Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa IAIN JEMBER -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ritual Bermisteri

7 April 2017   00:53 Diperbarui: 7 April 2017   09:00 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual Bermisteri

Dari sekian banyak tradisi, menurut saya tradisi ini terbilang cukup aneh dan menakutkan. Pandhebeh, itulah nama ritual tersebut. Pandhebeh berasal dari bahasa Jawa “pandowo” yang berarti lima dewa. Materi, energi, ruang, waktu dan manusia itu sendiri. Pandhebeh adalah mitos yang berasal dari agama hindu-budha yang kemudian di adopsi oleh masyarakat jawa timur  melalui tokoh-tokoh besar agama islam sebagai pendekatan yang kemudian menjadi kebudayaan di Madura hingga sekarang dan di percayai keberadaan dan manfaatnya.Namun di probolinggo, tradisi ini juga di lakukan, karena kebanyakan dari masyarakat madura bermigrasi ke probolinggo. Biasanya, di desa saya pandhebeh ini hanya di lakukan jika ada seorang anak yang menjadi satu-satunya anak laki-laki di antara beberapa anak perempuan ataupun sebaliknya.Menurut tokoh-tokoh besar agama islam, pandhebeh ini bertujuan untuk keselamatan masyarakat itu sendiri. Karena pada sejarahnya, ada makhluk yang kadang ada dan kadang juga hilang dari dunia ini yang akan mengganggu anak semasa hidupnya apabila belum di rokat pandhebeh. Adapun sejarah yang berhubungan dengan islam adalah dahulu Abdul Muthallib berjanji kalau mempunyai anak 13 orang, akan di sembelih satu orang, kemudian minta petunjuk dan akhirnya di ganti dengan 17 unta.

Tradisi ini dilakukan dengan ritual yang di laksanakan pada malam hari tepatnya pukul 20.00 sampai pukul 04.00 WIB dini hari. Hal ini di sebabkan karena malam hari merupakan waktu yang lebih baik untuk mendekatkan diri kepada sang Kholik. Dan ini di percayai supaya  maksud dan tujuannya akan segera di kabulkan.  Menurut salah satu tokoh yang penulis di kampung itu, hal ini di ambil dari sejarah perjalanan isro’ mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Hal yang perlu di persiapkan dalam ritual pandhebeh yaitu subjek, (anak yang akan di pandhebeh, hanya satu anak yang mewakili dari beberapa saudara), air kembang dan gayung yang terbuat dari batok kelapa dan gagangnya terbuat dari ranting pohon beringin, kain kafan untuk membalut badannya, ayam, tali dan beberapa sesajen lainnya. Ritualnya yaitu, tangan kiri diikat, lalu tubuhnya di balut dengan kain kafan (agar selalu menutup dirinya) dan duduk sambil merangkul ayam agar penyakit-penyakitnya di serap oleh ayam. Kemudian di siram dengan air kembang untuk menyucikan dirinya.sambil lalu di suapin nasi (di beri bekal untuk masa depannya karena anak akan hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain lagi), dengan cara bergantian oleh pihak keluarganya, di mulai dari kedua orang tuanya, famili terdekat, sampai kepada tetangga terdekatnya.

Berbicara masalah agama tentu tidak akan pernah lepas dari syariat-syariat dan hukum-hukum tertentu. Namun dalam hal ini, bapak mukrim selaku tokoh budaya pandhebeh mengemukakan bahwa ritual ini memang sepertinya tidak pernah ada dalam syariat islam. Akan tetapi ini adalah cipta karya dan karsa manusia yang semata-mata bertujuan untuk keselamatan umat manusia itu sendiri. Hanya saja ritualnya yang beraneka ragam. Jadi, budaya ini tidak bertentangan dengan islam, karena ini sudah di percayai oleh masyarakat madura sejak dahulu, dan tidak memberi efek negatif terhadap agama walaupun kadang-kadang ada yang kurang masuk akal. Dan menurut eliau, budaya ini termasuk mubah. Dan ternyata, dalam budaya pandhebeh ini ada nilai-nilai islam yang terkandung di dalamnya, yakni di laksanakan pada malam hari yang di ambil dari kisah isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Dalam kehidupan masyarakat, ada budaya dan ada agama sebagai kontrol sosial. Budaya ini sudah menjadi budaya yang kental. Menurut tokohnya, pandhebeh ini sudah menjadi salah satu tradisi yang bersifat wajib bagi masyarakat. Kaly ada seorang yang tidak melaksanakan budaya ini maka di anggap tidak etis dan tidak melaksanakan kewajibannya. Karena pada realitanya banyak perbedaan antara yang melaksanakan budaya ini dengan yang tidak. Di percaya atau tidak, dalam kehidupan masyarakat banyak hal yang di temukan efek dari pelaksanaan pandhebeh ini. Adapun efek bagi yang tidak melaksanakannya, adalah jalan hidupnya selalu mangalami banyak rintangan, kesehatannya kurang membaik. Namun bagai yang sudah melakukannya adalah hidupnya selalu merasa aman dan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun