Warna tidak berdiri sendiri namun bekerja sama dengan elemen-elemen visual lainnya seperti bentuk, ukuran huruf dan gambar atau pictogram. Menggunakan kombinasi warna, huruf, dan angka membuat sistem pencarian jalan mudah diakses dan dibaca oleh banyak orang dengan kemampuan berbeda.Â
Satu hal yang penting adalah mengambil inspirasi dari konteks lingkungan setempat dan latar budaya untuk menambahkan cita rasa lokal. Secara keseluruhan desain perlu menampilkan kontras, dan keterbacaan. Kemudian desain signage dan wayfinding yang dipilih harus bisa memperkuat branding ruang publik.Â
Ketika orang bergerak bebas dan acak di ruang publik, pencarian jalan di ruang publik mencakup lebih dari sekadar berpindah dari satu tempat ke tempat lain secepat mungkin.Â
Perpindahan orang seharusnya bisa memberi orang pengalaman unik dan ciri khas tempat yang mereka kunjungi. Memberikan informasi yang tepat di tempat yang tepat adalah kunci penting lainnya dari pemberian informasi untuk membuat orang merasa yakin saat bernavigasi di lingkungan yang tidak dikenal.Â
Terdapat perbedaan dalam aliran manusia misal ada yang terpusat karena tersedia satu pintu dan lobby atau ada aliran yang acak. Karena itu juga jenis informasi apa yang dibutuhkan di lokasi yang berbeda.Â
Segala pertimbangan di atas perlu direfleksikan dalam sistematika pencarian jalan dan strategi informasi untuk membuat sistem penunjuk arah yang fungsional.Â
Pertimbangan lain ketika merancang signage pencarian jalan di luar ruangan adalah membedakan antara informasi untuk kendaraan dan untuk pejalan kaki. Di dalam mobil orang sedang bergerak dan setiap pesan harus sederhana dan jelas agar dapat berfungsi. Sedangkan untuk pejalan kaki biasanya orang dapat berhenti dan menguraikan informasi tersebut dengan lebih mudah.
Wayfinding mengacu pada sistem informasi yang memberikan arah atau pemahaman spasial yang akan membimbing orang memahami lingkungan. Petunjuk arah ini sering dihadirkan berupa tanda elemen visual lain seperti garis berwarna di dinding atau melalui perangkat teknologi yang memberikan arahan verbal atau visual, atau melalui pola lantai atau dinding. Tanda ini sebenarnya menjadi elemen arsitektur yang bertujuan untuk memandu orang memahami lingkungan dan mencapai tempat tujuan.
Merancang sistem wayfinding yang memberdayakan pengguna untuk menavigasi di ruang publik secara mandiri membutuhkan pengetahuan mendalam tentang bagaimana orang berpikir dan bertindak untuk menemukan jalan mereka. Dengan menerapkan pemahaman mendalam tentang bagaimana manusia menemukan arah dan melakukan navigasi, desain penunjuk arah akan mendorong orang untuk menemukan jalan mereka dengan mudah dan secara intuitif.
Dalam upaya menemukan jalan, pengunjung melalui proses yang disebut pencarian jalan dengan memindai sekeliling untuk mencari isyarat yang dapat memberi petunjuk tentang arah. Isyarat bisa berupa tanda dan landmark yang mengingatkan  kemudian pengunjung bergerak ke arah yang kita anggap benar.Â
Pertimbangan dalam desain penunjuk arah peta kognitif pengunjung tentang ruang. Peta kognitif ini menjadi lebih rinci saat pengunjung memperoleh banyak informasi tentang ruang.