Kabut tipis pun turun pelan-pelanÂ
di lembahkasih, lembah mendalawangi
kau dan aku tegak berdiri
melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin
                     (Soe Hoek Gie, 1 April 1969)
Kencan di gunung tak pernah terdengar sebagai ide yang menarik bukan? Meski kamu memacari seorang pendaki gunung sekalipun. Tidak akan mudah memaksa dia untuk mengajakmu mendaki bersama. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari kondisi gunung yang sulit diprediksi sampai kerepotan yang harus dihadapi ketika sikap manja pasangan muncul selama pendakian.Â
Padahal ada banyak hal romantis yang bisa kita temukan ketika sesekali mencoba berkencan sambil mendaki gunung bersama orang tersayang. Masih ingat film 5 cm yang mengupas tentang arti sebuah cinta, persahabatan dan pengorbanan. Seperti yang diceritakan dalam novel 5 cm karya Dony Dirghantoro. Cinta dan Sahabat dua kata yang bisa jadi saling (tak) berhubungan.Â
Cinta adalah sesuatu yang ada di dalam diri manusia untuk memiliki dengan rasa kasih dan sayang. Sedangkan sahabat merupakan seseorang yang (katanya) ada didekat kita kala sedih maupun bahagia, dia akan datang di saat kita membutuhkan kehadirannya. Lalu, bagaimana caranya agar kita mengetahui orang yang selalu di dekat kita, apakah benar sahabat sejati kita? Ajaklah untuk mendaki, tentunya banyak sekali kesan yang kita dapatkan dalam sebuah pendakian dengan orang yang kita cintai. Â
Seiring berjalannya waktu dalam sebuah pendakian kita akan merasakan lelah bersama, kerja keras bersama yang selalu menunjukkan siapakah kita sebenarnya. Apakah kita termasuk orang-orang yang egois terhadap teman-temanmu ataupun sebaliknya, "mendakilah bersamaku dan kamu akan tahu siapa aku" begitulah kata para pendaki gunung yang sudah berpengalaman dalam menaklukan ketinggian meter diatas permukaan laut. Â Jadi, mendaki itu merupakan suatu aktivitas yang tepat untuk mengenal siapa diri kita. Namun, bukan persahabatan saja yang kita temukan maknanya. Cinta pun juga memiliki tempat tersendiri dalam sebuah pendakian.
Puncak gunung bukan hanya sekedar menawarkan keindahan alam saja. Namun, bagi sepasang remaja ketika sudah mencapai puncak gunung ada sesuatu yang dicari. Â Salah satu yang mereka cari sebut saja sebuah bunga edelweis, atau banyak orang yang memberikan istilah dengan bunga abadi. Kalau dilihat dari bentuknya bunga ini sangat cantik, dan di balik kecantikannya itu tersimpan makna ataupun mitos yang cukup banyak mempercayainya.Â
Butuh perjuangan untuk mendapatkannya, karena bunga yang satu ini biasanya tumbuh di puncak-puncak atau lereng-lereng gunung. Â Kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana susahnya untuk mendapatkan bunga keabadian ini. Banyak sekali halang rintang yang harus dilewati bahkan nyawa pun bisa menjadi taruhannya. Mengingat bahwa bunga edelweis telah menjadi bunga yang langka dan dilindungi, razia juga salah satu resiko yang harus ditanggung.
Tapi.., fenomena yang ada sekarang ini justru mengharuskan kita agar dapat bijaksana dan membuat benang merah agar bunga edelweis tetap ada sebagai pelepas dahaga jika seandainya suatu saat kita berdiri di sebuah puncak yang tinggi, dimana sekeliling kita adalah hamparan bunga abadi ini. Seperti itu sebuah cinta. Ketika kita ingin mendapatkan atau mempertahankan sesuatu yang kita cintai pasti tidaklah mudah.Â
Segala usaha kita kerahkan semuanya. Tidak peduli badai menghantam bahkan lautan pun kita seberangi. Mungkin bisa dikatakan itu sesuatu yang konyol. Namun, yang namanya cinta apapun rela kita korbankan demi sang pujaan hati. Lain halnya dengan seorang pendaki, Cinta sepasang pendaki itu diekspresikan dengan menjelajahi beberapa gunung bersama, untuk mengenal siapa diri mereka dan pasangan mereka.
Bukan hanya sekedar persahabatan, cinta namun dalam pendakian itu ada yang namanya'pengorbanan'. Masih ingat dengan Soe Hoek Gie dalam bukunya catatan seorang demonstran dia ungkapkan dalam sebuah bait puisi (yang penulis kutip di atas). Bagi Soe Hoek Gie mendaki memiliki makna tersendiri. Selain untuk mencari ketenangan juga menemukan sebuah makna cinta dan pengorbanan.Â
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.", itulah misi dari seorang Gie kenapa harus mendaki sebuah gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter. Â
Dalam pendakian itu Gie tidak sendiri, dia ditemani para teman-temannya dari Tim Mapala Fakultas Sastra UI. Â Perjalanan indah Gie dan teman-temanya akhirnya berujung duka. Petaka itu terjadi 16 Desember 1969, setelah summit atack, Gie dan Idhan Lubis terkena gas beracun. Mereka kejang sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Persis satu hari sebelum hari ulang tahun Gie ke-27.Â
Butuh delapan hari untuk mengevakuasi jenazah keduanya dari Puncak Semeru. Kematian dua pendaki itu menjadi duka nasional. Gie meninggal di puncak Semeru, tetapi semangatnya selalu menjadi inspirasi para pendaki untuk mengunjungi Semeru.
Kini Semeru tidak hanya menjadi milik para pendaki gunung. Anak-anak SMA dengan sepatu basketnya pun memiliki mimpi untuk bisa sampai ke puncak Semeru. Mahasiswi dengan setelan yang lebih cocok ke mall terengah-engah menapaki Arcopodo. Kini Ranu Kumbolo sesak oleh mereka yang ingin merasakan momen saat Genta menyatakan cinta pada Riani. Merasakan apa yang dirasakan 5 sahabat itu saat mendaki Semeru
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu.
Dan
sehabis itu yang kamu perlu
Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya
Serta mulut yang akan selalu berdoa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H