Mohon tunggu...
agus yulianto
agus yulianto Mohon Tunggu... Guru - Writer and teacher

Penulis dan Guru yang sudah menerbitkan puluhan buku baik antologi maupun buku solo.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Catatan Pendaki Antara Cinta, Persahabatan dan Pengorbanan

5 Januari 2019   18:52 Diperbarui: 5 Januari 2019   19:06 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Butuh perjuangan untuk mendapatkannya, karena bunga yang satu ini biasanya tumbuh di puncak-puncak atau lereng-lereng gunung.  Kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana susahnya untuk mendapatkan bunga keabadian ini. Banyak sekali halang rintang yang harus dilewati bahkan nyawa pun bisa menjadi taruhannya. Mengingat bahwa bunga edelweis telah menjadi bunga yang langka dan dilindungi, razia juga salah satu resiko yang harus ditanggung.

Tapi.., fenomena yang ada sekarang ini justru mengharuskan kita agar dapat bijaksana dan membuat benang merah agar bunga edelweis tetap ada sebagai pelepas dahaga jika seandainya suatu saat kita berdiri di sebuah puncak yang tinggi, dimana sekeliling kita adalah hamparan bunga abadi ini. Seperti itu sebuah cinta. Ketika kita ingin mendapatkan atau mempertahankan sesuatu yang kita cintai pasti tidaklah mudah. 

Segala usaha kita kerahkan semuanya. Tidak peduli badai menghantam bahkan lautan pun kita seberangi. Mungkin bisa dikatakan itu sesuatu yang konyol. Namun, yang namanya cinta apapun rela kita korbankan demi sang pujaan hati. Lain halnya dengan seorang pendaki, Cinta sepasang pendaki itu diekspresikan dengan menjelajahi beberapa gunung bersama, untuk mengenal siapa diri mereka dan pasangan mereka.

Bukan hanya sekedar persahabatan, cinta namun dalam pendakian itu ada yang namanya'pengorbanan'. Masih ingat dengan Soe Hoek Gie dalam bukunya catatan seorang demonstran dia ungkapkan dalam sebuah bait puisi (yang penulis kutip di atas). Bagi Soe Hoek Gie mendaki memiliki makna tersendiri. Selain untuk mencari ketenangan juga menemukan sebuah makna cinta dan pengorbanan. 

"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.", itulah misi dari seorang Gie kenapa harus mendaki sebuah gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter.  

Dalam pendakian itu Gie tidak sendiri, dia ditemani para teman-temannya dari Tim Mapala Fakultas Sastra UI.  Perjalanan indah Gie dan teman-temanya akhirnya berujung duka. Petaka itu terjadi 16 Desember 1969, setelah summit atack, Gie dan Idhan Lubis terkena gas beracun. Mereka kejang sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Persis satu hari sebelum hari ulang tahun Gie ke-27. 

Butuh delapan hari untuk mengevakuasi jenazah keduanya dari Puncak Semeru. Kematian dua pendaki itu menjadi duka nasional. Gie meninggal di puncak Semeru, tetapi semangatnya selalu menjadi inspirasi para pendaki untuk mengunjungi Semeru.

Kini Semeru tidak hanya menjadi milik para pendaki gunung. Anak-anak SMA dengan sepatu basketnya pun memiliki mimpi untuk bisa sampai ke puncak Semeru. Mahasiswi dengan setelan yang lebih cocok ke mall terengah-engah menapaki Arcopodo. Kini Ranu Kumbolo sesak oleh mereka yang ingin merasakan momen saat Genta menyatakan cinta pada Riani. Merasakan apa yang dirasakan 5 sahabat itu saat mendaki Semeru

Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu.
Dan
sehabis itu yang kamu perlu
Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya
Serta mulut yang akan selalu berdoa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun