Jalan yang dilalui terkadang tidak sesuai harapan. Seringkali tanpa sengaja kaki menapak kerikil tajam menimbulkan luka hingga berdarah, bahkan lepasnya genggaman orang terkasih.
Namun, jika kita percaya takdir Tuhan itu terbaik dan indah bagi kita, seberapa pun sulitnya kesulitan hidup yang dilewati dengan hati ikhlas, maka akan menumbuhkan rasa bahagia.
Pada kesempatan ini izinkan saya mengulas kisah indah, romansa dua insan yang bergandengan tangan melewati pasang surut gelombang kehidupan, meski demikian tak pernah karam.
Cahaya cinta tak pernah pudar ditelan masa. Dan kini, menyambut puncak bahagia jelang perayaan "Diamond Wedding Anniversary ke-60 tahun" tetap romantis dan harmonis.
**
"Selamat malam ananda Yuli. Terima kasih untuk resep foodie yang enak, ditunggu artikel khusus sebagai Kado Ultah Pernikahan Ayahanda dan Bunda yang ke 60 ya, anandaku.
Kelak tulisan ananda akan dibukukan dalam buku Kenangan The Diamond Wedding Anniversary Ayahanda dan Bunda.
Salam hangat semoga ananda selalu dalam lindungan Tuhan bersama keluarga tercinta. Aamiin.
Sapaan lembut penuh cinta dari Pak Tjiptadinata sewaktu beliau mengunjungi artikel foodie. Ya, sebelumnya sekira sepekan lalu beliau menyematkan tulisan serupa sebagai balasan kunjungan saya.
Terkait hal di atas, bagi saya sebuah kehormatan bisa menulis sepatah dua patah kata, yang mana tulisan tersebut sebagai kado Anniversary ke-60 pernikahan Pak Tjiptadinata yang kerap dipanggil Ayah Tjipta, dan Bunda Roselina Effendi ( Bunda Rose).
Mengingat pada tahun 2021 saya merupakan anak bawang di Kompasiana, (bahkan hingga saat ini), belum berkesempatan menjadi bagian penulis, "buku 150 Kompasianer menulis Tjiptadinata Effendi," maka saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sepekan telah berlalu, saya mulai mengumpulkan energi pula imajinasi menyulam diksi. Hasrat kian menderu sewaktu Bunda Roselina mengirim pesan lewat media Whatsapp.
Adapun isi pesan hampir sama yang Ayah Tjipta utarakan. Menunggu hasil gubahan. Laksana gulungan ombak menderu menyapu langit biru, rasa tak sabar jemari menuangkan segenap rasa turut berbahagia.Â
Harapan saya tulisan sederhana akan menjadi kado indah bagi Ayah dan Bunda.
Jarak jauh bukan penghalang tuk menjalin sebuah ikatan Â
Tak kenal maka tak sayang, merupakan istilah yang kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari. Begitu juga dengan ungkapan jauh di mata, tetapi dekat di hati.
Kalimat di atas merupakan peribahasa yang sangat populer mewakili rasa seseorang kepada orang lain. Tidak terkecuali curahan rasa sayang, peduli, pula menghormati orang yang selayaknya dihormati.
Perasaan sayang akan tumbuh jika kita mengenal satu sama lain, berlanjut interaksi melalui dunia nyata maupun media online.
Begitu pula perjumpaan saya bersama Bu Roselina dan Pak Tjiptadinata Effendi melalui media Kompasiana di tahun 2020 lalu.
Kala itu pada unggahan artikel ke-13, Bunda Roselina dan Pak Tjiptadinata berkunjung mengapresiasi tulisan. Mengingat tulisan, saya sedikit tersipu. Tapi dari situlah kami bertemu.
Meskipun keberadaan kami berjarak ribuan mil, tetapi hati kami begitu dekat. Jarak jauh bukan penghalang bagi kami untuk menjalin ikatan layaknya sebuah keluarga. Saya bersyukur atas nikmat silaturahim ini.
 ***
Siapa yang tidak mengenal Pak Tjiptadinata Effendi sang Maestro Kompasiana dan Bunda Roselina Tjiptadinata? Hampir seluruh kompasianer mengenal beliau.
Sependek ingatan pula pengetahuan saya di Kompasiana, Ayah Tjipta dan Bunda Roselina merupakan pasangan paling romantis dan harmonis.
Beliau saling setia menjaga perasaan, menghormati dan merawat satu sama lain. Hal tersebut beliau wujudkan dalam sebuah artikel yang berjudul:
Dengan menerima pasangan apa adanya menandakan hati bersyukur.
Ketika seseorang menentukan pilihan, tentunya akan merawat, menjaga pasangannya sepenuh hati. Begitu pula dengan Ayah Tjipta dan Bunda Rose.
Beliau saling menjaga satu sama lain agar hubungan tetap langgeng. Berbekal merawat cintanya, pula berserah kepada Tuhan mampu menjalani kehidupan sesuai ketetapan-Nya. Hati lebih tenang dan bahagia.
Lantas bagaimana cara Ayah Tjipta dan Bunda Rose merawat cintanya? Ketika masih menjadi kompasianer anyar, saya pernah mengunjungi artikel beliau yang bertajuk:
Bagaimana Kami Merawat Cinta agar Awet hingga Sama-sama Menua
Dalam gubahan Ayah Tjipta berbagi kisah tentang memaknai hidup bersama pasangan, tentang kiat-kiat merawat cinta agar awet hingga menua, sekalipun ratusan permasalahan membalutnya.Â
Beliau mampu mengukuhkan rasa juga mengentaskan masalah.
Dalam merawat cinta, ada ritual indah menjadi kebiasaan yang beliau lakukan sepanjang malam. Â
Apakah itu?
Rutinitas yang beliau lakukan yaitu, ketika di peraduan menjelang tidur selalu berdoa pula berpegangan tangan hingga keesokan hari.
Ritual beliau lakukan semenjak menikah hingga saat ini, yang mungkin tidak semua pasangan bisa melakukan tanpa henti. Berpegangan tangan akan menguatkan rasa kasih sayang.
Masyaa Allah, salah satu keromantisan yang layak ditiru, beliau berdua layak dinobatkan menjadi pasangan paling romantis.
Selain menjadi pasangan yang romantis, beliau pun aktif menulis. Setiap hari selalu ada tulisan yang diunggah.Â
Terbukti hingga detik ini karya sang Maestro di Kompasiana lebih dari 7450 artikel, dan itu tentunya akan bertambah dari hari ke hari.
Gubahan Ayah Tjipta dan Bunda Rose berisikan pengalaman hidup yang bisa dijadikan pelajaran bagi pasangan muda lainnya.
Pasangan panutan
Melalui kisah-kisah Ayah Tjipta dan Bunda Rose dapat dijadikan pelajaran hidup. Dan dalam menulis, beliau merupakan sosok yang luar biasa, seolah tidak pernah kehabisan tenaga dan ide untuk menuangkan karya.
Menurut sudut pandang saya kebersamaan Ayah Tjipta dan Bunda Rose di Kompasiana, merupakan salah satu cara menerapkan kisah keromantisan, keharmonisan dalam menempuh bahtera rumah tangga.
Selain identik dengan pasangan yang romantis dan harmonis, Ayah Tjipta dan Bunda Roselina merupakan guru kehidupan yang dimiliki Kompasiana.
Menyimak artikel kedua pasangan panutan ini, saya pribadi layaknya seorang anak atau siswa yang mencecap ilmu, berharap ilmu kelak bisa dijadikan pedoman anak cucu.
Beliau layaknya orangtua yang sepantasnya dihormati pula disegani. Bahkan bisa menjadi suri tauladan bagi kompasianer lain.
Dari kisah beliau kita bisa mengambil hikmah, bahwasanya hidup dan kehidupan yang telah digariskan Allah merupakan jalan terbaik bagi kita.
Akhir kata, kiranya waktu telah menjadi saksi keabadian vinta yang tulus. Selamat Ulang Tahun Pernikahan ke-60 Ayah Tjiptadinata Effendi dan Bunda Roselina Tjiptadinata.Â
Semoga senantiasa selalu sehat, panjang umur, bahagia dan sejahtera dalam bingkai cinta. Salam sayang dan hormat dari ananda di Kota Bersinar.
#ArtikelYuliyanti
#ArtikelLove
#DiamondAniversary
#UlangTahunPernikahanke-60
#BundaRoselinaTjiptadinata
#AyahTjiptadinataEffendi
#Tulisanke-603
#Klaten,15Oktober2024
#MenulisdiKompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI