Tadi sore saya berburu takjil bersama Mas Bojo (suami) di pasar Krempyengan yang berada di Desa Sumyang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Nama krempyengan(sesaat) saya sematkan lantaran muncul jika bulan Ramadan saja. Setelahnya tempat tersebut kembali seperti semula, hanya ada lalu lalang kendaraan yang lewat.
Beruntung tidak hujan. Jadi bisa bermotor dengan suami dengan riang hati, menyusuri jalanan depan pabrik sarung yang lengang. Sebab karyawan belum pulang.
Setibanya di tempat saya kaget melihat suasana begitu sepi. Sepi dari pengunjung, berkurang pula penjualnya. Dulu pedagang di kisaran 15 orang. Tetapi kini yang bertahan tersisa tiga orang.
Keadaan ini berubah 180 derajat jauh sebelum covid-19. Dulu, sepanjang jalan depan Balai Desa dipenuhi beragam lapak yang menjual aneka takjil, sayuran hingga lauk-pauk siap santap.
Tapi kini takjil tidak lengkap. Tujuan saya ke pasar takjil hendak membeli gorengan hangat, tapi realita tidak selaras dengan ekspektasi.
Menurut Bu Anis salah satu penjual ysng madih bertahan, berkurangnya pedagang semenjak Covid-19 hingga Ramadan tahun 2024 ini.
Dagangan Bu Anis lebih lengkap, seperti foto yang saya sematkan.
Dari beliau saya membeli bakso penthol, tahu segar, lauk sambel welut dan pecel bakmi serta kerupuk rambak.Â
Sedangkan minuman, saya membeli es kopyor untuk Nak Nang. Setelah dimakan, katanya enak. Dan saya membeli sebungkus kolak. Lumayan.