Beberapa hari lalu, ketika saya dan suami melihat tayangan olahraga di salah satu stasiun televisi, tetiba beliau menceritakan sebuah peristiwa yang menyayat hati.
Beliau menceritakan satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan ketiga anaknya dibunuh dengan tragis. Korban rerata mengalami luka di bagian kepala. Mendengar cerita suami, saya istighfar ngelus dodo.
Bagaimana tidak, peristiwa naas yang dialami korban membuat saya trenyuh hampir menitikkan air mata. Lebih mengetahui jika pelaku pembunuhan sadis anak remaja.
Saya hampir tidak percaya jika seorang anak tega melakukannya, sekalipun remaja tersebut mengalami kenakalan.
Namun kenyataan berkata lain. Â Seperti yang tersiar di beberapa media, JND, inisial pelaku kejahatan merupakan salah satu Siswa SMK di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Pelaku menghabisi ke-5 korban yakni, Waluyo (35 tahun) merupakan kepala keluarga, Sri winarsih SW (34 tahun) Isteri, serta ketiga anaknya, RJS (15 tahun) anak sulung perempuan, VDS (11 tahun), dan ZAA (3 tahun) anak bungsu di keluarga tersebut.
Mereka dibunuh menggunakan parang, pada hari Selasa, 06 Februari 2024 dini hari. Dan, kelima korban telah dimakamkan pada hari itu juga, Selasa sore di Desa Babulu Laut.
Saya tidak habis pikir, sebenarnya apa yang menjadi landasan remaja tega melakukan hal keji. Apa motif dari pembunuhan itu?
Mengutip dari laman Kompas.com-Salah satu motif pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara motifnya sakit hari yang menimbulkan rasa dendam lantaran cintanya ditolak.
Terlepas dari masalah itu, pelaku dan korban pernah memiliki konflik masalah ayam, serta helm milik pelaku yang dipinjam selama tiga hari takkunjung dikembalikan.
Melansir dari bbc.com- Kapolres Penajam Utara(PPU) Supriyanto menuturkan, motif pembunuhan lantaran cinta yang ditolak oleh korban RJS(15 tahun).
Pelaku sebelum melakukan aksinya, ia sempat pesta minum minuman keras bersama teman. Usai menenggak miras, (Senin 5/2/24) jelang tengah malam JND pulang di antar temannya.
Namun, sesampainya di rumah timbul niat jahat di hati pelaku untuk membunuh korban. Lantas ia mengambil parang berlanjut menuju rumah korban yang masih tetangganya sendiri. Sebelum menghabisi korban, pelaku memadamkan listrik di rumah korban terlebih dulu.
***
Ternyata ini Motif Pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara.
Cinta ditolak parang pun bertindak. Apakah dibenarkan? Kita sering mendengar istilah cinta ditolak dukun bertindak. Dan, kali ini motif pembunuhan terjadi lantaran cinta ditolak. Pelaku menggunakan parang untuk melampiaskan kekecewaan atau rasa dendam.
Saya merasa istilah tersebut tidak benar. Sebagai seorang yang berakhidah, tentu percaya bahwa Allah menciptakan umat-Nya secara berpasang-pasangan. Apapun alasannya, menghilangkan nyawa seseorang itu "dosa"Â serta dilarang dalam Agama.Â
Agama mengajarkan kepada kita untuk saling menyayangi, dan peduli pada sesama agar tercipta sebuah perdamaian.
Menyikapi kisah di atas, penting bagi kita, khususnya saya sendiri untuk mengajarkan pendidikan agama bagi anak semenjak dini. Dengan demikian, kita bisa menekan angka kenakalan anak remaja.
Pentingnya Pendidikan Agama untuk Anak Semenjak Dini
Seberapakah penting pendidikan Agama untuk buah hati kita, Ayah, Bunda?
Penting sekali. Saya sendiri sebagai orangtua menanamkan pendidikan agama kepada anak semenjak dini. Dengan harapan, anak mengetahui serta meyakini Allah SWT adalah Pencipta bumi dan langit.
Anak-anak juga akan mengerti apa saja yang diperintahkan, dan apa yang menjadi larangan-Nya. Mempunyai anak remaja, apalagi jika ia seorang lelaki tentu memiliki pergaulan lebih luas ketimbang anak perempuan. Sebagai orangtua harus menjaga dengan hati-hati.
Seperti halnya Nak Nang, sepekan sekali hingga 2 kali, ia keluar malam untuk bermain dengan teman sebaya. Sebagai ibu, tentu saya tidak boleh melarang dengan ketat. Akan tetapi menggunakan cara tarik ulur.
Selain itu, jika anak pada jam-jam tertentu, sekira pukul 22-23 Â malam bepum pulang, maka saya segera menyuruh kembali.
Saya tidak takut dikatai orangtua bawel. Semua saya dilakukan demi kebaikan buah hati sekalipun di lingkungan rumah tiada yang harus diwaspadai. Bukankah menjaga lebih baik dari memperbaiki? Demi kebaikan bersama, jadi orangtua cerewet pun saya lalui. Â
Saya kira, Anda juga demikian. Iya, Â kan, Pembaca?
Sekian dari saya, salam sehat dan bahagia. Terima kasih sudah singgah.
#MotifPembunuhan
#PembunuhanSatuKeluarga
#DiPenajamPaserUtara
#ArtikelYuliyanti
#Klaten,10Februari2024
#Tulisanke-546
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H