Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi || Kembang Api

7 Januari 2024   21:07 Diperbarui: 8 Januari 2024   18:46 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja terlalu cepat menutup ingar di ujung gili.
Deru menyambut angan di tubir sunyi.
Dan aku yang lelah memunguti butiran resah.
Juga menimang gundah di ujung gelisah.

Apakah kau melupakanku?
Langit masih memancarkan cahaya  sama seperti dulu.
Mendesak asa menyudahi butir nyeri.
Dan kisah-ku, berlabuh di selasar mimpi.
Menganyam jeruji di bilik sepi.

Masihkah kau mengingatku?
Di persinggahan tiada riasan pelangi, awan pun kelabu.
Tetapi sisa jingga mengeja mantra sepi.
Melantunkan bait-bait doa di barisan sunyi.
Berharap butiran rindu mengikis hati.

Baca juga: Puisi || November

Kembang api menghiasi langit sepi.
Lantunan terompet memudarkan tubir mimpi.
Dan langit, menjelma jingga kembali.
Taklagi merenung dalam sepi.

Sunyi taklagi bersembunyi di balik bayang.
Lampu-lampu remang menghias wajah riang.
Meminang timbang keriangan.
Dan kau, ternyata tak melupakan.

***

Puisi ini mewakili penulis mengucapkan selamat tahun baru kepada Pembaca Kompasiana. Besar harapan saya, di manapun Anda berada, senantiasa sehat dan bahagia.

Semoga tidak terlambat meski telat mengucap. Tayangan puisi ini sebenarnya saya jadwalkan di awal tahun. 

Sayangnya, sesuatu hal menggagalkan rencana. Dan, pada kesempatan kali ini, baru bisa mengunggahnya.

 
Selamat tahun baru, salam sukses selalu. Terima kasih sudah singgah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun