Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dampak Buruk Akibat Sakit Asam Lambung

31 Desember 2023   21:56 Diperbarui: 8 Januari 2024   20:54 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hasil tes darah. Dokumen HHC.

Dalam artikel sebelumnya, kian hari nyeri ulu hati membuat saya tidak mampu duduk meski hanya 5 menit.

Hal tersebut membuat adik mendesak saya untuk melalukan cek up (rontgen) di rumah sakit terdekat. 

"Aku takut." Jawaban saya kala itu.

Berkali-kali si Bungsu merayu, serta menepis ketakutan yang saya alami. Bahkan, adik menceritakan pengalamannya semasa rontgen terkait nyeri dada.

Kata adik, dokter tidak menemukan penyakit yang serius, selain yang bersangkutan kecapek-an. Meski demikian, dokter tetap memberikan resep serta salep. 

Terkait pengalamannya, adik mendesak saya untuk rontgen. Mengingat tahun 2021 saat Covid 19 merebak, banyak pasien yang berobat justeru pulang tinggal nama. Saya pun kekeh.

**


Doa dan usaha


Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu, kemana aku harus berikhtiar?

Siapapun kita, jika diberi cobaan sakit tentu akan berdoa dan berusaha untuk mendapatkan obat. Begitupun saya.

Ya Rabb, berilah kesembuhan atas penyakit ini. Tunjukkan jalan-Mu. Ke mana aku harus berikhtiar? Kalimat tersebut selalu tergaung dalam pembaringan. 

Sebab saya percaya, Allah SWT menciptakan sakit, maka Allah juga menyediakan obatnya.

Petunjuk datang

Bila Allah berkehendak, maka terjadilah. Suatu hari, seorang customer menanyakan keberadaan saya lantaran lama takbertemu. Suami pun bercerita tentang sakit yang saya alami.

Dan ternyata,  ibu pelanggan tersebut mengalami kisah serupa. Dan beliau, dalam tahap pemulihan usai menjalani rawat inap. Alhamdulillah, petunjuk datang.

Pada hari Rabu, 28 Desember 2022, dengan diantar suami, saya memantapkan hati untuk berobat di Klinik Handoko yang bertempat di Cabakan, Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.


Kami sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk beberapa potong baju untuk ganti selama rawat inap.

Dengan berdebar-debar saya pun mendaftar dengan menyertakan KTP sebagai data pasien.

"Sakit apa, Bu?" 

Tanya salah satu perawat yang melakukan pengecekan suhu tubuh.
Saya lantas menceritakan awal mula saki, serta meminta dilakukan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh(rontgen).


"Nanti bisa melalui tes darah kok, Bu."Jawab suster.

Saya hanya mengangguk. Sesaat kemudian diajak ke sebuah ruangan yang berjarak beberapa langkah dari tempat pendaftaran.

 

Kurangnya cairan menyebabkan Dehidrasi.

Di bangsal pemeriksaaan, dua suster bersiap mengambil sample darah. Namun, saat jarum disuntikkan ke lipatan tangan kanan, kulit seketika mlendung (menggelembung).

Suster sempat cemas lantaran suntikkan berulang gagal. Katanya, saya dehidrasi. Ya, kala itu kulit saya keriput, efek kekurangan cairan selama sakit GERD. Alhamdulillah, pada suntikan ketiga, berhasil.

Infeksi saluran pencernaan

Setelah dilakukan pemeriksaan, hasilnya bisa disimpulkan. Kesimpulan dokter, saya menderita infeksi saluran pencernaan. Dampak buruk dari sakit asam lambung kambuh.

Terlihat dari hasil diagnosa sampel darah, dari titik aman (4000-6000) leukosit saya mencapai 8500 dari angka maximal 10.000.


Dokter mengharuskan saya rawat inap. Beliau juga menyatakan sekalipun saya sudah mengonsumsi obat secara oral(lewat mulut) tetapi hasil tidak optimal.

Sebab obat harus dicerna terlebih dahulu. Sedangkan suntikan melalui infus bisa membantu penyerapan lebih cepat melalui pembuluh darah. Mendengar penjelasan dokter, saya merasa tenang. 


Kemudian saya dirujuk ke sebuah kamar untuk pemasangan infus. Lagi-lagi suster harus mengulangi tugasnya.

Bahkan satu suntikan sempat meleset hingga jarum notok( mengenai otot), menyisakan rasa sakit berjejak biru di pergelangan tangan.

Alhamdulillah, dengan kesabaran pada akhirnya infus terpasang meski rasa sakit lama bersemayam.

Foto saat diinfus, dokumen Yuliyanti.
Foto saat diinfus, dokumen Yuliyanti.

Selang beberapa menit, suster menyuntikan vitamin di kantung infus. Sedangkan obat lainnya melalui lubang yang berada di infus.

"Bu, maaf saya suntik lagi. Ditahan, nggih! Nanti terasa sakit." Jelas suster.

"Nggih, Mbak." Jawab saya sambil mengalihkan pandangan bersiap menahan sakit. Obat yang disuntikan melalui lubang infus yang tertutup teramat sakit.

 

Alhamdulillah, suntikan perdana melalui lubang infus, telah terlewati. Meski rasanya pembuluh darah seperti dirobek-robek, namun tubuh merasa lebih enak.

Singkat cerita, setelah beberapa saat obat bekerja, saya memakan rangsum(menu) yang diberikan klinik. Makanan berupa nasi pero, telur dadar dan bakwan. 

Saya heran, kok bisa menyantap menu tersebut meskipun tidak mampu menghabiskan. Sedangkan di rumah hanya menyantap bubur beberapa suapan.

***

Pukul 06:47 seorang petugas mengantar jatah sarapan.
Menu terdiri dari jenang pati garut, nasi putih lengkap dengan sayuran. Berteman lauk telur ceplok, tahu dan ayam goreng. Sebagai penutup, segelas teh turut melengkapi.


Selang beberapa menit, dua suster melakukan pengecekan tensi darah, berlanjut mengganti kantung infus beserta obat. Tak lama dokter tiba.

Dokter menyatakan kondisi saya berangsur membaik setelah mendapat laporan suster sebelumnya. Meski demikian, saya meminta dilakukan rekam medis terkait semasa di rumah ter-engah-engah jika naik turun tangga.
 

Tidak terasa obrolan dengan dokter semakin melebar seputar menjaga pola hidup. Terutama soal makanan yang harus dikonsumsi maupun yang dilarang. 

Sebagai contoh, bila saya ingin menyantap makanan sedikit pedas, maka bisa menambahkan rasa pedas yang "mondo-mondo" atau menambahkan sedikit cabai.

***

Rasa deg-deg- an ketika suster datang membawa peralatan rekam jantung. Dalam sejarah, baru pertama kali bersangkutan dengan alat medis yang tergolong sedikit menakutkan.

Tiada henti saya berdoa, semoga hasilnya baik-baik saja. Hanya membutuhkan waktu 3-5 menit hasilnya keluar.

Hasil rekam jantung. Dokumen HHC
Hasil rekam jantung. Dokumen HHC

 "Alhamdulillah, hasilnya bagus kok, bu." Ucap suster. Saya pun menimpali dengan ungkapan sama.

Singkat cerita, tepat pukul 12:15 WIB, setelah santap siang, berlanjut minum obat serta menghabiskan infus yang ke tiga saya diperbolehkan pulang.

Sekitar 18 jam, menjalani perawatan di Klinik Handoko, mendapat suntikan vitamin 4 kali yang dilakukan lewat kantung infus, dan 4 suntikan obat melalui lubang infus, saya merasakan lebih sehat.

Tiada henti mengucap rasa syukur masih diberi kesembuhan untuk berkumpul dengan keluarga.

Kesimpulan saya, segala sakit yang Allah berikan, insyaa Allah ada penawarnya. Tugas kita berikhtiar, disertai doa dan sabar dalam menjalani ujian.

Sekian catatan di penghujung tahun 2022(part 3). Semoga di manapun Anda berada senantiasa diberi kesehatan. Aamiin. Terima kasih sudah singgah.

#DampakBurukAsamLambung
#CatatandiPenghujungTahun(Part:3)
#ArtikelYuliyanti
#Tulisanke-529
#Klaten, 31 Desember 2023
#MenulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun