Seorang suster bergegas mengambil kursi roda begitu melihat kondisi saya  tidak mampu berjalan.
"Kenging menopo malih, Bu?" [kenapa lagi  bu], tanya dokter ikhsan sambil melakukan pengecekan tubuh di bangsal pemeriksaan.
Saya tidak bisa menjawab dengan kata-kata lantaran nyeri kerap menyerang. Meski demikian, dokter bisa membaca bahasa tubuh saya yang ngoleng-ngoleng kesakitan.
"Mmm...ini sakit asam lambungnya sudah membaik ya, bu. Tetapi ada keluhan nyeri otot(tulang rusuk). Nah, ibu minta obat saja, atau sekalian disuntik?"
"Ke-ke-duanya."
"Ditunggu ya Bu. Biar suster yang menyuntik."
Saya hanya mengangguk. Selang beberapa saat, seorang suster datang.
"Bu, maaf saya suntik, nggih. Tahan sebentar ya, agak nyeri soale." Ucap suster yang wajahnya sebagian tertutup masker.
Setelah jarum disuntikan benar-benar terasa kemeng(nyeri) sekali. Suntikan tersebut jauh lebih sakit dibanding waktu pemeriksaan awal Desember.
Lanjutnya, "Ibu, sambil menunggu resep dokter, berbaring dulu, ya!"
Meringkuk di kamar yang diberi pembatas kain warna biru, membuat indera pendengaran jelas mendengarkan pesan dokter pada suami.