Pada suatu ketika, saya melihat alat pertukangan salah satu dagangan di toko berkarat.
Barang tersebut merupakan alat tukang manual tempo doeloe. Seiring berkembangnya zaman, beberapa barang lawas tenggelam tergerus oleh waktu.
Meski demikian, sesekali barang lama tersebut dibutuhkan segelintir orang. Contohnya mata bor kayu manual.
Sehubungan jarang laku dalam waktu lama, wajar jika piranti yang terbuat dari campuran besi mudah berkarat.
Memiliki barang dagangan malih rupa tentu tidak menyenangkan.
Terlebih jarang dibutuhkan membuatnya tampilan berbeda, membuat konsumen berpikir ulang untuk meminangnya. Adapun yang menjadi bahan pertimbangan adalah;
Barang rusak dan berkarat tidak menarik
Pada umumnya, barang rusak dan berkarat tidak dilirik lantaran tampilan kurang menarik. Konsumen lebih memilik barang kondisi bagus tanpa cacat.
Dengan begitu, mereka akan puas dengan hasil buruan. Namun, jika terpaksa harus membeli yang berkarat, ia akan menawar dengan harga di bawah pasaran(atau sesuai kesepakatan).
Nilai jual menurun
Barang yang sudah berkarat atau rusak tentu tidak bernilai. Bisa dibilang nilai jual menurun. Jika dijual di bawah harga, maka pedagang akan rugi.