Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cara Menepis Krisis Pangan Lokal di Pedesaan

17 November 2023   17:39 Diperbarui: 18 November 2023   11:42 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman Gembili, Sumber Gambar https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ubi_kelapa

Seperti kita ketahui, masyarakat Indonesia menjadikan nasi dari beras menjadi satu-satunya makanan pokok. 

Indonesia tidak hanya terkenal dengan kekayaan budayanya. Akan tetapi ada beragam kuliner yang menjadi sumber pangan lokal.

Pada umumnya, sumber pangan lokal yang beredar di pasaran berupa singkong, jagung, ubi jalar dan canthel, yang lebih populer dengan sebutan sorgum. 

Bicara soal makanan lokal mengingatkan saya semasa kecil. Kami hidup dari hasil jerih payah bapak menggarap ladang yang kami sebut "tegal" milik tetangga seberang.

Keluarga kami mengandalkan hasil palawija untuk kebutuhan sehari-hari. Dulu, kami menyantap nasi hanya dalam hitungan bulir. Dengan kata lain, nasinya sedikit, sedangkan makanan tradisional lebih banyak. 

Masih terbayang dalam ingatan, suatu ketika hendak bersantap siang, ibu menyuruh saya menyiapkan piring plastik bergambar si Unyil di atas meja yang usang. 

Setelah piring tersusun beliau memasukkan seperempat centong nasi putih. Selanjutnya menambahkan sego tiwul, atau nasi jagung. Berlauk ikan asin hingga tumis cabai hijau.

Sesekali kami menyantap sego canthel yang memiliki cita rasa gurih nan pulen seperti beras ketan. Sumber makanan lokal tersebut menjadi menu wajib.

Selain makanan di atas, sebenarnya masih ada makanan tradisinal lain, yang tak kalah nikmat jika disantap, yaitu enthik(talas) uwi dan gembili. 

Gembili salah satu bahan pangan lokal yang bisa membuat perut kenyang ini hampir tenggelam di pasaran. Bahkan keberadaanya jarang kita temui.

Umbi gembili memiliki daging berwarna putih dengan cita rasa gurih, bertekstur kenyal. Cara mengolahnya pun cukup mudah, melalui proses perebusan atau dikukus.

***

Tanaman Gembili, Sumber Gambar https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ubi_kelapa
Tanaman Gembili, Sumber Gambar https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ubi_kelapa

Menurut Wikipedia-Gembili (Dioscorea escukenta) termasuk suku gadung-gadungan berkerabat dengan gembolo dan uwi. Berjenis tanaman umbi-umbian merupakan sumber pangan tradisiona.

Di antara ketiga jenis umbi tersebut, hanya gembili dan uwi yang sering dimakan. Mengenai umbi tersebut, Anda bisa simak di sini.


***
Beberapa bulan lalu, ibu memanen gembili yang beliau tanam di pegunungan. Hasil panen cukup melimpah sekalipun tanaman tersebut tidak memerlukan perawatan khusus.

Umbi gembili sebagian dijadikan bahan pangan, sebagian dibagikan kepada tetangga, jua dijualkepada pelanggan yang memesan secara khusus. 

Beliau juga menyisakan sedikit umbi untuk diberikan pada saya saat pulang. Begitu mendapat bagian, sesampainya di rumah gembili saya kukus, setelah matang dibagi menjadi dua bagian. 

Sebagian saya simpan untuk disantap bersama karyawan. Setengahnya dibawa suami jaga malam. Beliau dan rekannya bersuka cita menyantap hidangan lokal di pos ronda. 

Bahkan salah satu teman jaga malam memesan umbi untuk ditanam. Beliau juga berkomentar, jika salah satu manfaat umbi mampu melancarkan air seni. 

Makanya beliau memesan benih umbi, katanya ingin melestarikan sumber pangan lokal guna menepis krisis pangan di tanah kelahirannya.

Berikut kandungan gizi dalam 100 gram umbi gembili.

Tabel gizi gembili, tangkap layar https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/60/69/168
Tabel gizi gembili, tangkap layar https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/60/69/168

Sepekan kemudian, ketika suami membawa benih gembili, yang bersangkutan pulang ke kampung halaman. Benih pun masih tersimpan. Kami pun tidak berani menanamnya.

Bagi masyarakat Jawa, khususnya para petani yang bermukim di pedesaan menjadikan tanaman umbi-umbian sebagai sumber pangan tradisional.

Jenis tanaman gembili merambat, tangkainya bisa tumbuh menjalar, melilit tanaman lain hingga beberapa meter. 

Memiliki daun berbentuk hati dengan guratan bersisir seperti kipas. Namun, batangnya berduri. Kulitnya berwarna cokelat, sedikit berbulu.

Gembili Kukus. Dokumen Yuliyanti
Gembili Kukus. Dokumen Yuliyanti

Dagingnya berwarna putih, berdiamter antara 3 hingga 6 cm dan panjangnya mulai dari 6cm hingga 15 cm.

Cara Menanam Gembili

Di tempat tinggal kami, hanya orang-orang generasi lama(orangtua) yang masih menanam. Cara menanam gembili cukup mudah. Menurut penuturan ibu, setelah umbi dipanen, pilih yang bagus( umbi tidak tertusuk benda tajam) ketika dipanen.

Umbi Gembili berakar. Dokumen Yuliyanti
Umbi Gembili berakar. Dokumen Yuliyanti

Selain itu, sebaiknya umbi gembili didiamkan dalam suhu ruangan selama 2-3 hari baru ditanam. 

Dan saat menanam, baiknya satu liang sebuah umbi dengan posisi ditidurkan baru ditimpa tanah. Sematan foto di atas benih gembili sudah terlalu lama hingga keluar akar.

Penananam bisa di pekarangan rumah, ada juga yang ditandur di lereng gunung. Semasa kanak-kanak, saya sering menemani nenek( sekarang almarhum) memanen umbi-umbian, seperti gembili di kebun.

Seiring berjalannya waktu, pekarangan berubah penampilan menjadi kebun buah. Meski demikian, keluarga kami masih melestarikan sumber pangan tradisional dengan menanamnya di pegunungan.

Melihat hasilnya yang cukup melimpah selain berbagi, beliau juga menjual polo pendem di pasar terdekat.

Saat beliau menjual tidaklah susah, cukup ditawarkan ke satu hingga dua orang saja, dagangan beliau ludes seketika. Bahkan, ada yang memesan jauh-jauh hari.

Jelang pertengahan September lalu ibu sakit. Setelah kesehatan berangsur membaik, dokter melarang beliau naik gunung. Jadi saya tidak bisa menyematkan tanaman beliau.


Nah, kesimpulan saya, agar kita tidak mengalami krisis pangan, kita bisa menanam tanaman yang bisa dijadikan sumber pangan lokal di sekitar rumah. 

Langkah melestarikan tanaman lokal bisa menepis krisis sumber pangan lokal.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Terima kasih sudah singgah.

#CaraMenepisKrisisPangan
#MenanamUmbiGembili
#SumberPanganLokal
#Tulisanke-516
#Klaten, 17 November 2023
#MenulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun