Seperti kita ketahui, masyarakat Indonesia menjadikan nasi dari beras menjadi satu-satunya makanan pokok.Â
Indonesia tidak hanya terkenal dengan kekayaan budayanya. Akan tetapi ada beragam kuliner yang menjadi sumber pangan lokal.
Pada umumnya, sumber pangan lokal yang beredar di pasaran berupa singkong, jagung, ubi jalar dan canthel, yang lebih populer dengan sebutan sorgum.Â
Bicara soal makanan lokal mengingatkan saya semasa kecil. Kami hidup dari hasil jerih payah bapak menggarap ladang yang kami sebut "tegal" milik tetangga seberang.
Keluarga kami mengandalkan hasil palawija untuk kebutuhan sehari-hari. Dulu, kami menyantap nasi hanya dalam hitungan bulir. Dengan kata lain, nasinya sedikit, sedangkan makanan tradisional lebih banyak.Â
Masih terbayang dalam ingatan, suatu ketika hendak bersantap siang, ibu menyuruh saya menyiapkan piring plastik bergambar si Unyil di atas meja yang usang.Â
Setelah piring tersusun beliau memasukkan seperempat centong nasi putih. Selanjutnya menambahkan sego tiwul, atau nasi jagung. Berlauk ikan asin hingga tumis cabai hijau.
Sesekali kami menyantap sego canthel yang memiliki cita rasa gurih nan pulen seperti beras ketan. Sumber makanan lokal tersebut menjadi menu wajib.
Selain makanan di atas, sebenarnya masih ada makanan tradisinal lain, yang tak kalah nikmat jika disantap, yaitu enthik(talas) uwi dan gembili.Â
Gembili salah satu bahan pangan lokal yang bisa membuat perut kenyang ini hampir tenggelam di pasaran. Bahkan keberadaanya jarang kita temui.