Siapa yang tidak mengenal pecel? Hampir semua kalangan mengerti bahkan menyukainya. Pecel terbuat dari beragam jenis sayuran berbumbu kacang pedas manis.Â
Hidangan tersebut sangat cocok untuk santap pagi, makan siang, bahkan bersantap malam. Pokoknya cocok di segala suasana.
Bagi masyarakat Indonesia, menikmati pecel bersama nasi hangat, dipadukan lauk seperti, tempe mendoan anget, tahu goreng, tempe garit tanpa tepung, telur ceplok, hingga lele goreng bakalan menjadikan makanan lebih maknyus.
Saya sendiri lebih sering menghidangkan pecel lele untuk santap siang. Meski sebenarnya kurang menyukai bila dijadikan lauk. Namun tetap sepekan sekali tetap menyajikan, meski sepekan sekali.
Setiap membuat pecel, saya punya untuk menyantapnya. Yaitu pecel cukup "digado" dimakan tanpa menambahkan nasi.
Seperti halnya pada Hari Sabtu 21, Oktober 2023 lalu, saya membuat pecel. Mengolah masakan sedikit berbeda, tetapi tetap bernutrisi tinggi. Sebab, sayuran hijau selain mengandung serat, pula terdapat beragam kandung gizi di dalamnya.
Dan, agenda santap pagi pun menjadi obrolan yang menarik di WAG Kompasianer yang saya ikuti. Berawal dari Pak Merza yang mengirim foto santap pagi hasil masakan dari dapur sendiri, yaitu nasi goreng bersama rengginan.
Lalu disusul Mbak Sri Rohmatiah yang menawarkan bubur daun singkong. Postingan beliau disambut Mbak Siska Artati, yang menyebut dengan sebutan bubur Manado.
Merasa tak ingin ketinggalan, saya pun memposting Pecel Era Milinial sebagai menu santap pagi. Mungkin lebih tepat dinamai pecel di era digital.
Sebab milenial atau yang disebut generasi Y lahir pada tahun 1981-1996. Sedangkan saya, aduh...hampir kepala lima. Ah, lupakan generasi, lanjut ke judul.
Foto menu yang saya kirim di grup komunitas, menuai komentar dari Mbak Ika Ayra.
"Calon HL. Kalau olahan ditata rapi, mesti bakal jadi artikel, iyakah bun?"
Saya pun meng-aaminkan, pula menjawab "belum" sebab, hanya iseng dan sekadar turut menyemarakkan obrolan bersama kawan-kawan di WAG.
Diskusi kian seru ketika Ratu Kuliner Bunda Siti Nazarotin mengunggah santapan porsi jumbo, yakni nasi rames lauk ayam bumbu kuning, sambil menyematkan emoji tertawa.Â
"Wah, bentar lagi dikirim resepnya, nih." Timpal Mbak Sri Rohmatiah Jalil. Beliau juga menimpali pesan Calon HL yang ditulis Mbak Ika Ayra dengan kalimat betyuuul( betul).
Percakapan kami makin asyik. Dan, saya kok jadi kepingin nulis, lalu menjadikannya sebuah artikel. Hehe...
Bagi pecinta pecel, menikmati sepiring nasi beserta lauk atau rempeyek seperti pecel khas Madiun mungkin hal biasa. Namun, saya yang tidak terbiasa mempunyai tips unik untuk untuk menikmatinya.Â
Nah bagaimana cara saya? Jangan kemana-mana, teruslah membaca.
 Mabar yuk! Masak bareng yuk!
Bahan utama:
- 1/2 ikat Bayam segar
- ikat kangkung segar
- 1 bungkus bakmi jawa basah
- 1 bungkus putih telur
- 5 buah kecipir muda
- 5 butir penthol bakso daging ayam, masing-masing dibelah menjadi empat, saat membelah usahakan jangan sampai putus.Â
- Sambel pecel secukupnya
- Air matang hangat untuk mencairkan bumbu pecel.
- Minyak goreng secukupnya
Cara mengolah:
1. Potong kecipir dan sayuran sesuai selera, cuci bersih di air yang mengalir hingga bersih, sisihkan.Â
2. Didihkan air dalam panci, rebus sayuran  hingga empuk secara berurutan. Namun jangan sampai mblonyoh( lunak) agar nutrisi tidak hilang. Angkat sisihkan.
3. Rendam bakmi di air panas selama dua menit sambil dibalik-balik, angkat, tiriskan.
4. Panaskan minyak dalam wajan, setelah panas merata, masukkan bakso, goreng hingga tekstur sedikit mengeras dan mekar menyerupai bunga. Angkat, tiriskan.
5. Kupas putih telur, belah menjadi dua bagian. Selanjutnya potong lebih kecil. Sisihkan.
6. Ambil mangkuk, masukkan sambal pecel, tambahkan air hangat. Aduk rata jangan sampai ada yang meringkil. Pastikan larut semua.
Terakhir, susun kecipir membentuk bulatan dalam piring. Selanjutnya tambahkan kangkung, dan bayam di atasnya. Susulkan mie kuning dengan gaya menabur, sematkan irisan telur dan bakso goreng di tengah lubang. Guyur sajian dengan sambel pecel.
Taraaaa....! Ini dia, pecel era milenial yang saya ciptakan. Â Penampilannya begitu cantik dan menggoda. Seakan melambai-lambai, minta untuk segera disantap.
Nah, dari penampilan tinggal mengduk rata, agar semua menyatu dengan sambal. Saatnya menyantap....ambil sesendok pecel, tambahkan potongan telur dan bakso, santap secara perlahan, dan rasakan rasanya.Â
Hmm...enak. Ketika hidangan masuk ke mulut ada rasa yang unik. Padu pada rasa sedikit manis dan tudak begitu pedas, bercita rasa gurih dari sambal kacang buatan sendiri.
Ditambah legitnya bakso goreng, menambah sajian benar-benar nikmat. Dan, setiap potongan putih telur berbalur sambal terasa sedikit kenyal, serta lezat. Begitu masuk ke perut, rasanya anyep(adem) di perut.
Setelah menyantap pecel tersebut, perut saya tidak merasa lapar meskipun sudah pukul satu siang. Meski demikian, saya tetap melakukan makan nasi walau hanya sedikit.
Nah, begitulah cara saya menikmati pecel di era milenial dengan rasa tradisional, unik dan menarik, kan?
Kesimpulan saya, hidangan pecel bisa menjadi cara diet alami, terutama  bagi Anda yang kelebihan berat badan.
Sekian dari saya, semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih sudah singgah. Salam kuliner dan sehat selalu ya, Pembaca Kompasiana.
#PecelSayuran
#CaraMembuatPecelMilenial
#KreasiDapurYuliyanti
#Tulisanke-509
#Klaten, 27 Oktober 2023
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H