Hari Ahad, 03 Sepertember 2023 lalu, rutinitas keluarga kami pulang kampung(pulkam) mengunjungi ibu dan kerabat lainnya.
Kala itu saya membawa sambal jengkol kegemaran keluarga. Agar memudahkan membagi, saya gunakan rantang sayur susun sebagai wadah.Â
Saat menyiapkan, saya senyum-senyum mengingat asal muasal piranti tersebut.Â
***
Bulan Agustus memang sudah berlalu, begitu pun dengan berbagai kegiatan terkait Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT 78 RI).
Pada Hari Minggu, 20 Agustus 2023 lalu, warga Rukun Tetangga (RT) di tempat tinggal penulis, melaksanakan jalan sehat(jalan kaki) usai menggelar tirakan.
Tirakatan digelar pada malam jelang tujuhbelasan. Dan, sebagai puncak acara jalan sehat. Momen tersebut, masih hangat dalam ingatan.
Â
Jalan sehat pada Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 tahun ini, menemui sedikit perbedaan. Mulai bergesernya tempat berkumpul, menambah rute, pemotongan kupon, hingga santap pagi mengalami pergeseran.Â
***
Segenap warga tumpah ruah berkumpul di jalan belakang kios depan rumah Pak RW. Bergeser beberapa meter dari parkiran mushola.
Acara dimulai dengan doa bersama. Selanjutnya pejalan kaki bergerak menuju jalan Jogja-Solo, suami dan salah satu teman sebagai pendahulu jalan (orang Jawa bilang cucuk lampah) hehe...
Seluruh peserta melewati batas kota Klaten, perempatan ketandan, atau yang lebih dikenal dengan perempatan Rumah Sakit Islam Klaten.
Kemudian melintasi pabrik panili di Jalan Sultan Agung No:01, Cantelan, Ketandan. Di depan perindustrian merupakan titik pemotongan kupon.
Melalui pemukiman warga karangnongko, berlanjut menyusuri jalan persawahan berlantai tanah mengarah pulang. Di jalan berdebu sebagian warga mengenakan masker.
Sepanjang menempuh rute, kami berbincang dengan riang. Dan, saya  sesekali mengabadikan Pak Tani yang menggarap sawah.Â
Â
Mengapa memilih jalan sehat?
Mungkin pembaca bertanya-tanya, mengapa memilih jalan sehat? Dan bukan acara lainnya di perayaan HUT RI tersebut.Â
Satu-satunya alasan manfaat jalan kaki bisa menjaga kesehatan. Berbagai sumber mengatakan, jika olahraga tersebut sering dilakukan akan meminimalisir terjadinya serangan jantung.
Jenis olahraga ringan tersebut bisa diikuti semua kalangan. Mulai anak-anak, orangtua, bahkan lansia.
Usai jalan sehat, warga melepas dahaga sejenak. Sebagian ada yang meniup balon untuk lomba nyunggi tambir(tampah). Saat balon ditiup, saya mendekap kuping. Takut balon meletus. Hehehe.
Di mana ada perlombaan, di situ tersedia beragam hadiah
Beberapa perlombaan bakal memeriahkan suasana, lomba diikuti anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu. Di mana ada perlombaan, di situ tersedia beragam hadiah untuk para pemenang.Â
Doorprize swadaya warga cukup melimpah. Seperti tahun lalu, setiap Kepala Keluarga (KK) diwajibkan membawa bingkisan minimal satu buah, senilai Rp 10.000 untuk dibagikan.
Selain doorprize, panitia beserta sebagian warga menyediakan beragam hadiah, di antaranya kipas angin, termos jumbo, lemari es, sepeda, uang tunai dan masih banyak bingkisan lain. Sedangkan pendingin ruangan (AC) menjadi hadiah utama.
Lomba memasukkan paku
Lomba memasukkan paku ke dalam botol mengawali pertunjukan. Paku beton sepanjang 10 cm diikat dengan seutas benang, lalu dililitkan ke pinggang anak.
Selanjutnya paku dimasukkan ke dalam botol dengan cara membelakangi. Bagi yang bisa memasukkan dengan cepat, dialah pemenangnya. Pertunjukan membuat anak riang, meski tak jarang ada yang menangis lantaran kalah.Â
Lomba jeda sesaat, berlanjut santap bersama. Menikmati sepiring soto ayam kampung dan gorengan, serta buah semangka sebagai penutup hidangan.
Â
Dorprize cuma-Cuma
Tahun ini, panitia bermurah hati kepada anak-anak usia 7 tahun ke bawah, baik laki maupun perempuan mendapatkan doorprize cuma-cuma dari panitia.
Doorprize diberikan kepada mereka yang kalah, serta nomor kupon tidak nyantol. Dengan demikian, anak-anak akan senang.
Pengalaman pertama ikut lomba nyunggi tampah
Panitia jua menggelar perlombaan nyunggi tambir(tampah kecil) yang ditaruh di atas kepala. Pesertanya ibu-ibu, dan saya mengikuti. Setiap lomba diikuti 4 orang. Tantangan, tambir diisi sebungkus roti sambil menjepit 3 balon.Â
Kedua balon diletakkan diketiak, sedangkan balon satunya di antara dua paha. Peraturan, tampah tak boleh jatuh, balon tidak lepas atau meletus, maka jadi pemenang.Â
Sayangnya, ketika saya mendekati garis finish di babak pertama salah satu balon lepas. Alamak...saya kalah.
Meski demikian momen tersebut menjadi Pengalaman pertama ikut lomba nyunggi tampah yang menyenangkan. Bagi yang menang berlanjut hingga babak final.
Â
***
Pemilik nomor undian bertuliskan nama yang disebut panitia, maka pemiliknya atau perwakilan keluarga berhak menerima hadiah. Namun, jika dipanggil hingga tiga kali tak hadir, maka dinyatakan hangus.
Acara makin seru tatkala salah satu keluarga kuponnya banyak yang nyantol. Terlihat sebagian bingkisan menumpuk.Â
Saya memegang dua kupon undian. Satu milik suami satunya milik saya. Ketika panitia menyebut dua angka serupa, hati jadi dag-dig-dug. Sayangnya, selisih satu angka belakangnya. Hehehe...kuciwa.
Selang beberapa saat Nak Nang bersorak kegirangan. Ternyata nomornya nyangkut.Â
Dan nomor kami, hingga acara usai tiada yang nyangkut. Mesin AC menjadi rezeki tetangga depan rumah, dan kami ikut merasakan kebahagiaannya.
Nah, itulah sekelias dalam ingatan tentang kemeriahan di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Â Besar harapan kami, kelak bisa memperingati kegiatan serupa yang lebih baik. Aamiin.
Berikut saya sematkan video dari akun youtube pribadi.
#LombaTujuhBelasan
#HUTRIKe-78
#ArtikelYuliyanti
#Tulisanke-500
#Klaten, 07 September 2023
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H