Mengapa demikian?Â
Setiap kita manusia ditakdirkan dengan hukum alam, ada waktunya bertemu jua berpisah. Pada masanya berkumpul, tentu menumbuhkan momen indah hingga perpisahan tiba.Â
Tatkala kita terkenang, tanpa terasa air mata pun berlinang. Begitu pula yang kami alami beberapa pekan terakhir, semenjak kepulangan kakak ipar.
Kepergian Kakak Ipar secara tiba-tiba menyisakan duka mendalam. Terutama bagi kami keluarga besarnya.
Kenapa saya mengatakan tiba-tiba? Kiranya hanya kalimat tersebut yang pantas saya sematkan. Mengingat sebelum ajal menjemput, beliau dalam keadaan bugar.
Bahkan, masih melakukan aktivitas keseharian seperti bangun dini untuk salat tahajut. Usai subuh, bebersih, membantu kerepotan isteri, dan menggoreng nasi untuk santap pagi.
Selanjutnya bersama isteri menghadiri kajian Ahad pagi. Setelah menuntaskan aktivitas kerohanian, beliau minta izin untuk menyalurkan hobi bulutangkis bersama rekan-rekannya.
Kakak, kerap meluangkan waktu untuk main bulutangkis dalam sepekan, dua hingga tiga kali.
Dan, rupanya lapangan badminton menjadi persinggahan terakhir saat istirahat menuntaskan set pertama.
Selamat jalan Mas Supri, namamu senantiasa dalam balutan doa kami. Aamiin.
#Kenangan
#PuisiYuliyanti
#TulisanKe-495
#Klaten, 08 Agustus2023
#MenulisdiKompasiana