Rahasia kematian tak selamanya bertaut pilu
Takdir pun tak keliru mengetuk pintu
Bila masanya tiba, raga terjaga pun membisu
Begitu pun yang kulihat kau menutup hulu
Bila takdir tiba tak seorang pun mampu melepas genggaman-Nya
Jika masanya tiba, tak seorang pun mampu
Melepaskan genggaman-Mu
Nyawa melayang raga membisu
Dalam pembaringan terbujur kaku
Kala menyusuri jejak keseharian
Kiprahmu suri tauladan
Kau laksana nahkoda menerjang ombak di lautan
Tanpa tanya, kapal berlabuh jauh dari pelabuhan.
Malam berbisik, jangan kau putus harapan
Teruskan hingga di pelabuhan
Seketika jerit tangis bersahutan
Hingga akhirnya tenggelam dalam pelukan
Malam pun mengabarkan
Ranah lapang menjadi saksi persinggahan
Tatkala raga terpisah dalam pembaringan
Tinggakan tangis kerinduan
Seketika awan cerah berubah kelam
Menautkan tetesan duka mendalam
Berselimut kepiluan bersama malam semakin kelam
Rasanya sulit mengungkapkan kata..
Kenanganmu senantiasa berkelindan
Bila terkenang tak kuat menahan
Air mata yang memaut pun berjatuhan
Nyatanya, kenangan jauh menyakitkan dari perpisahan
Â
Sebab kehilangan bukan hanya soal merelakan
Melainkan proses pendewasan
Meski kini kau telah pergi ke haribaan
Namamu dalam balutan doa ketenangan
***
Selamat pagi jelang siang, salam sehat jiwa raga Pembaca Kompasiana. Lama saya tidak menyapa Anda melalui resep foodie mau pun artikel.Â
Kini saya hadir dalam unggahan puisi berjudul Kenangan  Jauh Menyakitkan dari Perpisahan.