Tema Penghujung Samber 2023 surat untuk kampung halaman. Alamak, penulis harus menulis surst cinta, cieee...semoga tidak saltik dengan surat mantan pacar yang kini telah naik pangkat menjadi suami. Eaaa...
Jujur, saya sedikit bingung harus mulai menulis dari mana. Akan tetapi demi menggenapi tantangan, apa hendak dikata. Harus tetap menulis. Ya, menulis apa saja untuk kampung halaman.
Mungkin saya ini bukan tipe perantau layaknya mereka yang hidup di luar pulau. Bahkan hingga membelah lautan bertahun-tahun tak pulang.
Tetapi bukan Bang Toyib, ya. Hehe..lanjut. Makanya, terkadang seseorang memilih berkirim surat sebagai pengobat rindu.
Bicara soal surat menyurat, membuat penulis ingin menulis surat untuk kampung halaman. Meski sebenarnya saya kerap pulang kampung, entah pada hari kebesaran maupun pada hari-hari biasa.
Bagi saya kampung halaman taksekadar tempat kelahiran. Tetapi lebih dari itu. Kampung halaman adalah tangga menuju puncak kejayaan. Siapa pun Anda, gelar predikat apapun yang tersandang, semua di mulai dari ranah kelahiran. Benar, kan?
Surat Cintaku ntukmu kampung halamanku
Sengaja kutulis bait demi bait surat untukmu kampung halamanku. Sebuah desa yang membesarkan jiwa ragaku selain ayah ibu.Â
Harapku, desaku tetap menjadi kampung halaman yang asri, masyarakatnya ramah, sayuk rukun hidup bergotong royong, dan saling bahu membahu.
Hampir semua lapisan masyarakatnya mewarisi karakter bangsa yang baik, dan selaras dari generasi ke generasi. Bahkan hingga saat ini, insyaa Allah hingga akhir masa nanti. Aamiin.
Semoga kampung halamanku tidak hanya menjadi tempat peneduh, tetapi menjadi hunian yang menentramkan, dan memberikan kehidupan gemah ripah lohjinawi bagi segenap penghuni.
Kampung halaman tempat mengecap arti kehidupan
Semenjak aku lahir dan dibesarkan di kampung halaman, meminum air dan menyantap makanan hasil bumi ranah kelahiran. Berkatmu, aku tumbuh dewasa dalam dedikasi keluarga sederhana.
Terkenang masa kecilku, tertatih belajar mengecap kehidupan. Menyusuri tanah becek persawahan, memetik padi secara masal di sawah milik Pak Lurah bersama orangtua dan teman sebaya.
Jemari mungil ini terpatah-patah memantik tangkai padi.
Acapkali melontarkan tawa ketika jari-jari kecil berhasil meraupnya. Kampung halaman menjadi tempat mengecap arti kehidupan dari masa ke masa.
Kampung halaman bukan sekadar tempat kelahiran atau persinggahan
Bagiku Kampung Halaman bukan sekadar tempat kelahiran atau persinggahan. Melainkan dasar pergulatan atau pondasi hidup. Ya, semacam ujian hidup yang harus dijalani tatkala meniti tangga demi tangga kehidupan.
Semenjak kecil saya dilatih untuk tegar, sekalipun badai kerap menerjang. Kasih saya orangtua pula dedikasinya menguatkan. Ibu selalu mengajarkan banyak cara agar bisa bertahan hidup.
Tentunya dengan caranya sendiri. Ibu mengajarkan bagaimana cara kita bisa mendapatkan uang dengan jalan halal. Menjajakan cemilan dari gang satu, beralih ke lorong lain demi recehan. Semua dilakukan demi menyambung hidup.
Fase demi fase penulis lalui untuk menggapai puncak keberhasilan. Meskipun kerikil tajam pula runcingnya duri kerap menusuk tubuh kecil kala itu.
Namun semua bisa dijadikan pelecut diri untuk menggapai impian. Dan kini penulis bisa menikmati jerih payah buah dari kesabaran serta perjuangannya.
Terima kasih duhai Kampung Halamanku, kau sudah meluluskan.
Sebatang pohon beringin yang rindang. Semoga batang, ranting serta daunnya bermanfaat untuk sesama hingga akhir zaman.
Nah, itulah sekelumit surat untuk kampung halamanku. Di mana desa terpencil yang jauh dari pusat kota, namun mampu membuat para penghuninya berkembang, beranak pinak hingga akhir zaman. Aamiin.
Samber THR 2023 hari ke-30
#SamberTHR
#SamberTHR2023harike-30
#THRKompasiana
#KurmaTHR
#ArtikelYuliyanti
#SuratuntukKampungHalaman
#Tulisanke-468
#Klaten,30April2023
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H