Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Masa Kecil di Bulan Ramadan, Melihat Hujan Meteor

2 April 2023   22:16 Diperbarui: 6 April 2023   04:59 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar meteor https://amp.kompas.com

Tema Samber THR 2023 hari kedua bertajuk Nostalgia Masa Kecil di Bulan Ramadan. Ah, rasanya saya harus memutar otak untuk mengingat kisah masa lampau yang indah,  lalu menuangkan secara perlahan di laman Kompasiana.

Tidak ada salahnya kan, jika saya menambahkan peran si Bungsu untuk memulihkan ingatan kisah semasa kecil yang kami lalui sewaktu Ramadan tiba. Boleh ya, miminku? Terima kasih.

Pada suatu masa, keluarga besar kami masih berkumpul bersama dalam satu atap sebelum terpisah atau dipisahkan oleh takdir. Dalam hal ini nenek dan bapak masih sugeng(hidup).

Sebuah rumah berdinding bambu, berlantai tanah serta memiliki halaman cukup luas dihuni sedari nenek, bapak, ibu, saya dan ketiga adik, menjalani hari-hari dengan suka cita meskipun hidup dalam keterbatasan.

Waktu itu bapak menjadi buruh tani, sesekali merantau ke luar pulau Jawa. Sedangkan ibu selain mempunyai kesibukannya di batik tulis. Beliau juga membantu kerepotan bapak menggarap ladang.

 
Hidup di pedesaan yang jauh dari pusat keramaian kota, membuat kami mencintai alam dan menjadikannya sarana bermain, pula memanfaatkan hasil tumbuh-tumbuhan sebagai asupan nutrisi.

Adapun kenangan indah yang takkan lekang ditelan masa, tetapi tidak bisa mengulang apalagi memandang gambar yang menjadi dokumentasi diri. Lantaran era 90-an masyarakat masih jauh dari dunia digital.

Main Long Bumbung

Pada masa dulu, setiap Ramadan tiba anak-anak di kampung selalu dibuatkan mainan Long Bumbung. Permainan tradisional yang lebih dikenal sebagai Mercon Bumbung oleh orangtuanya.


Long Bumbung ini sebagai permainan tradisional yang bisa mengeluarkan dentuman menggelegar layaknya meriam. Terbuat dari bambu pilihan yang dilubangi, lalu diikat agar tidak mudah pecah. Sedangkan kedua sisi ditutup dengan kain. 

Kemudian dalamnya diisi peledak berupa minyak tanah agar bisa menghasilkan suara yang berdentum.

Bermain long bumbung setiap Ramadan bakal menciptakan kebahagian tersendiri bagi kami, dan teman sebaya dalam mengisi hari saat ngabuburit. 

Sayangnya, permainan tradisional yang murah meriah tersebut sudah tergerus oleh petasan dan kembang api yang jauh lebih mahal pula membahayakan.

Memetik Jambu Susu

Memetik Jambu Susu menjadi kebiasaan saban hari jelang berbuka puasa. Kebetulan halaman rumah serta saamping rumah sayap kiri tumbuh beberapa pohon jambu yang berbuah cukup banyak.

Buah tersebut berwarna putih dan memiliki rasa cukup manis, makanya kami menamai Jambu Susu. Memanjat pohon lalu memetik buah ranum menjadi tantangan yang menyenangkan bagi kami. 

Terutama saya sebagai wanita. Hehe...
Tetapi keadaan berbeda ketika hendak memetik buah yang tumbuh di halaman. Sehubungan pohonnya tinggi, bapak membuatkan tongkat panjang yang ujungnya diberi brongsong untuk menjolok buah jambu.


Menikmati buah jambu biji yang begitu manis dan harum di saat buka puasa memberi kenikmatan tersendiri bagi kami bocah-bocah ndeso yang jauh dari beragam mainan modren.

Menggali Tanah untuk Memanen Bengkuang

Ndusiri bengkuang atau menggali tanah menggunakan cangkul, cengkrong serta tangan merupakan keunikan serta menjadi tantangan yang begitu menyenangkan. 

Bila sudah mendapatkan hasilnya, kami akan bersorak sorai sembari mengacungkan bengkuang kepada nenek.

Bercengkerama di Bawah Cahaya Purnama


Sebuah kebiasan yang takkan pernah terlupakan. Bahkan untuk mengulangnya tiada lagi kesempatan. Bercengkerama di bawah cahaya purnama, melihat kelap kelip bintang bersama keluarga membuat hati kami riang gembira.


Rebahan di halaman memandang bintang dan rembulan membuat hati riang. Sesekali kami bersorak ketika melihat hujan meteor yang kami namai lintang alian.

Kebahagian semasa kanak tersebut takkan hilang dari ingatan, sekalipun tetua kami, nenek dan bapak telang berpulang ke rahmatullah. 

Terkadang saya mengingatnya, kembali menitikkan air mata ketika merindukan momen-momen tersebut.

Tetapi kehidupan terus berjalan, kami sudah dewasa dan berpencar membina keluarga masing-masing. Saat-saat tertentu kami berkumpul di rumah ibu walau hanya dalam hitungan jam, setidaknya mampu mengobati segala kerinduan masa kanak-kanak.

Demikian secuil kenangan masa kanak-kanak bersama keluarga yang takkan hilang dari ingatan. Kan selalu tersimpan dalam hati bersama jutaan keindahan yang tercipta.

Senantiasa teriring doa dan Al-Fatihah untuk bapak, nenek dan ahlil kubur semuanya.

Samber THR 2023 Ke- 2

#SamberTHR
#THRKompasiana
#NostalgiaMasaKecil
#SamberTHR2023ke-2
#ArtikelYuliyanti
#Tulisanke-441
#Klaten, 02 April 2023
#MenulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun