Â
Ramadan lebih Bermakna dengan Belajar Lebih Baik dari Hari ke Hari
Pada suatu ketika, saya dan suami berbincang seputar Puasa Ramadan yang akan segera datang. Awalnya saya mengutarakan keluhan "mendadak sering lapar," seputar masa pemulihan dari kambuhan sakit asam lambung.
Suami pun menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada saya, "Jika mampu berpuasa sekalipun hanya beberapa jam, lakukan kewajibanmu! Tetapi jika tidak kuat jangan dipaksakan." Kata beliau membuat hati sedikit tenang.
Pada kesempatan lain, adik perempuan melontarkan pertanyaan kepada saya. Tanyanya, "besuk puasa nggak, Yu?"
Yu, yang ia maksud adalah panggilan "Mbak" bagi orang Jawa.
Lantas saya menjawab dengan, "Bismillah, nawaitu." Arti dari ucapan tersebut adalah, dengan menyebut nama Allah, aku berniat." Ya, saya berniat Puasa Ramadan, karena Allah Ta 'ala.
Â
Begitu mendengar jawaban saya, saudari mengaminkan. Lanjutnya, "semoga puasanya lancar, amiin."
Keluarga tahu dan paham jika saya memutuskan sesuatu bukan tanpa alasan. Jika sudah berniat dan di tengah jalan merasa tidak mampu, maka tidak akan memaksakan diri.
Sebab, Allah tidak membebani umat-Nya di luar batas kemampuannya. Dan jika saya mampu berpuasa sehari penuh, itu merupakan berkah di bulan yang mulia ini. Inysaa Allah.
***
Pertanyaan yang sama pun dipertanyakan teman sesama Kompasianer asal Kota Samarinda, Mbak Siska Aryati. Suatu hari beliau menghubungi saya lewat panggilan seluler.