Bulan takpernah tidur di hamparan bukit nan hijau
Entah berapa lama sinarnya terangi fanaku
Aliran air takberwarna menuju malam kelabu
Pengantar belahan jiwa meronta menunggu
Bulan begitu pandai menyimpan rindu
Sekalipun masa berwindu-windu
Dia takbertanya apakah jantungmu pernah berdetak untuknya
Selagi cahayanya menerangi, ia tak peduli rasa
Angin berdesir menyapu telinga
Dia bisa mendengar kehadirannya
Bulan takpernah tidur di hamparan bukit nan hijau
Sinarnya kemilau memandu
Meski sesekali awan menyapu
Sinarnya terang di langit biru
Air bening mengaliri senja yang berlalu
Hingga takbisa melihatmu kala mentari menutupmu
Terangnya mentari takbisa kau halau
Bunga takpernah meninggalkanmu
Meski semua warna hilang menghalangmu
Seperti mimpi pasti berlalu
Aku tidak akan pernah melupakanmu
Tapi sayangnya gagal merengkuhmu
Mungkinkah garis takdir menutup guratku
Mungkihkah akan berlalu begitu
Seperti siang menjemputmu
Malam menunggu peranmu
Tetap menunggu hadirmu
Wahai Bulan yang tak pernah tidur di hamparan bukit nan hijau
Terinpirasi sebuah lagu
#BulanTakPernahTidur
#PuisiYuliyanti
#Tulisanke-417
#Klaten, 24 Januari 2024
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H