Seorang ibu tidak hanya mempunyai sosok energik dan menarik. Sosoknya bagai malaikat takbersayap bagi anak-anaknya, beliau pun menjadi sosok mulia dan hebat di hadapan Allah SWT.
Figur istimewanya menerima anugerah Allah untuk meneruskan garis keturunan. Melalui pernikahannya, kemudian mengandung dan melahirkan seorang bayi mungil atas izin-Nya.Â
Ya, atas izin-Nya. Sebab, tidak semua wanita di jagat raya ini bisa memiliki keistimewaan serupa.
Sebagaimana penggalan dalam kalam Allah yang berbunyi:
Saat mengandung hingga menyapih putra-putrinya membutuhkan waktu cukup lama, berbekal kesabaran, dan ketelatenan.Â
Nurani seorang ibu mampu melewati aral dan rintangan. Bahkan terus merawat anak-anaknya hingga tumbuh dewasa.
Seorang ibu merupakan kepanjangan tangan Allah. Jemarinya mampu mengubah sesuatu sesuai kehendak-Nya. Atas izin-Nya, pula. Beliau tidak hanya tanggung jawab menjalankan peranannya sebagai ibu rumah tangga.
Di mana setiap hari mengurus dan menyiapkan kebutuhan bagi keluarga, terutama untuk buah hati tercinta.
Mulai menyiapkan menu keseharian, membantu kerepotan suami, menemani anak-anaknya belajar, bermain, serta mendampingi dalam segala suasana.
 Tangan Ibu Bertuah, jadi Obat Mujarab Bagi Anaknya
Masih melekat dalam ingatan, pada suatu masa remaja, saya, nenek dan adik sedang sakit silih berganti. Dalam hal ini, kondisi saya sakinya paling parah. Hingga tidak tidak bisa menelan obat, sekalipun butiran penawar diperkecil menjadi empat bagian.
"Lha kapan mari, obate metu terus? [ Lha kapan sembuh, obatnya keluar terus? satu-satunya jalan harus dirujuk ke Rumah sakit untuk pembedahan organ dalam!" ujar ahli kesehatan pada waktu itu.
Setiap kita manusia bila sakit tentunya mengingkan kesembuhan tanpa adanya pembedahan, bukan? begitu pula saya. Maka, keluarga tidak patah semangat, tetap berdoa, berikhtiar semampunya.
Saat itulah, Allah menjawab lantunan doa ibu. Atas izin-Nya, melalui jemari tangannya, yang terampil meracik butiran obat hingga menjadikannya serbuk halus.
Tangan ibu menghaluskan obat, lalu mencampurnya dengan sedikit air. Dengan sabar dan telaten menyuapi sesendok demi sesendok penawar ke mulut saya.Â
Pahit, pasti iya. Sebab, butiran yang dihaluskan kemudian dicampur air menumbuhkan rasa pahit yang begitu melekat.Â
Namun, siapa sangka, justeru cara tersebut mampu mengguyur luka dalam. Dan...beberapa pekan kemudian, saya dinyatakan sembuh.
 Alhamdulillah. Saat merawat nenek dan adik, ibu juga sabar dan telaten mengatur jadwal makan serta minum obatnya hingga semua pulih seperti sedia kala.
Menjalani hidup sederhana, wajahnya laksana permata
Sebagai ibu rumah tangga, ibu menjalani hidup dengan kesederhanaan. Tetap bekerja tanpa kenal lelah, mengupayakan hal terbaik bagi keluarganya.Â
Bahkan, takjarang ia beraktivitas sedari jelang matahari terbit hingga mata suami terpejam di peraduan, ibu masih mengurus pernak-pernik pekerjaan, hingga jelang ia merebahkan kepala di pembaringan.
Ibu menjalani dengan ihklas, keihklasan, kemurahan hatinya, membuat parasnya laksana permata. Dan bukan karena polesan tabir surya.
'Lha wong uripe wae pas-pas-san, gimana mau beli alat kecantikan buat dandan?' bagi ibu, uang lebih baik digunakan untuk menyambung hidup keseharian.
Figur ibu berhati teduh, ibarat payung pelindung teriknya mentari pula derasnya hujan badai. Dekapan tangannya mampu menghangatkan serta menenangkan kegundahan dalam benak anaknya.Â
Ketika anak-anaknya nakal dan membuat ulah, hatinya seluas samudera memberi ampunan serta arahan hingga menuju puncak kedewasaan.
***
Ya, semangat ibuku tak lekang era, bahkan dari masa-ke masa, sesibuk apapun beliau masih mempunyai waktu luang guna menyalurkan hobinya, yaitu berkebun.Â
Segala macam tanaman yang tersentuh oleh tangan ajaibnya, pasti membuahkan hasil. Seperti halnya cabai, terung, bayam dan aneka tanaman hias yang ditanam di halaman rumah.
Selain itu ada beberapa tanaman mangga yang melimpah kala berbuah. Buahnya sebesar apel, namun rasanya..hmmm manis dan dagingnya tebal.
Selain berkebun, ibu mempunyai kesibukan mengurus ladang yang berada di lereng gunung. Beliau masih trengginas, mulai mencangkul, menanam dan memupuk aneka tanaman palawija.
Ibu juga masih aktif bersosialisai dengan lingkungan( salah satunya jadi pengurus di berbagai komunitas arisan para ibu-ibu di kampung).
Semangatnya tidak pernah surut, meskipun menghadapi banyak tantangan dalam usianya yang menginjak senja.
Â
Semangat Ibu tak lekang era, menjadi tokoh inspiratif yang super hebat bagi kami anak-anaknya. Peranan seorang ibu tiada habisnya, bahkan hingga anak-anaknya dewasa dan berumah tangga. Hadirnya tetap dirindukan.
Sekian dalam berbagi kisah hebatnya seorang ibu. Selamat Hari Ibu, untuk ibuku yang tercinta, serta untuk para Ibu di seluruh jagat raya. Sehat selalu dan berkah dunia akhirat hidupmu. Aamiin.
Bagi Anda yang belum menyandan gelar ibu, jangan bersedih. Allah telah menyiapkan kebahagian dengan cara-Nya yang tidak kita ketahui. Aamiin.
#IbuSosokMuliaNanHebat
#SemangatIbukuTakLekangEra
#HadiahBuatHariIbu
#ArtikelYuliyanti
#Tulisanke-405
#Klaten, 22 Desember 2022
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H