Bicara soal tetangga, sama halnya membicarakan keluarga.
Sebab, tetangga adalah orang terdekat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai contoh, saat kita keluar rumah, maka orang pertama yang kita lihat adalah tetangga. Begitupula saat membutuhkan uluran tangan, makan pintu tetangga yang pertama kali diketuk.
Maka, sangat mustahil jika kita hidup tanpa bertetangga. Sebab, peranan tetangga sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, hingga Allah memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa berbuat baik kepada tetangga.
Sebagaimana Allah berfirman:
"Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya kalian..."Â (Qs. An-Nisa': 36)
***
Pada suatu masa, saya meminta dukungan juga doa restu orangtua untuk hijrah ke suatu daerah. Di tempat baru tersebut saya menyewa rumah untuk memulai usaha.
Alhamdulillah, kedua orangtua setuju dengan tempat tinggal yang saya inginkan. Sebuah rumah yang mendekati pusat keramaian serta beberapa sentra industri.
Sebenarnya itu bukan alasan yang menjadi persetujuan mereka ketika saya menyewa rumah.Â
Setelah orangtua mengetahui perkampungan yang saya tempati berupa hunian, berpenduduk ramah dengan penghuni baru. Sehingga dan, dan menciptakan rasa aman, nyaman. Maka, hati orangtua merasa tenang.Â
Mendapatkan kontrakan di lingkungan masyarakat semi perkotaan memang sangat menyenangkan. Mau ke pusat kota hanya dalam hitungan meni. Benar-benar menggembirakan.
Ketika memulai usaha saya dibantu saudara, sekalipun hanya sebatas jam kerja. Setelahnya, sendiri lagi...hehe. Persis sebuah lagu yang lagi nge-hit di era 90-an. Kesendirian tersebut saya nikmati selama hampir tujuh tahun.
Hidup terpisah dari keluarga sekalipun hanya berjarak belasan kilometer, tetap saja merasa kesepian. Syukurlah, di tempat baru tersebut mempunyai tetangga yang sangat ramah dan baik.
Pertama menempati rumah, orangtua mengadakan tasyakuran kecil dan mengundang tetangga dekat. Momen tersebut kami gunakan untuk mengenal lebih dekat.
1. Menjadi tetangga baik
Kehadiran saya sebagai warga baru harus mengenali(berkenalan) dengan tetangga dekat serta berusaha menjadi tetangga baik kepada setiap orang.
Terlebih-lebih kepada ketua RT setempat. Tetangga kanan kiri dan sekitarnya. Dengan demikian akan tercipta Hidup Bertetangga dengan baik.
2. Menghormati dan berbagi
Sebagai pendatang apalagi saya bisa dibilang warga termuda, harus menghormati kepada sesama, terlebih-lebih pada sesepuh setempat. Selain itu, harus bersikap sopan menghormati segala aturan, ramah kepada setiap orang.
Pula berbagi rezeki sekalipun hanya seteguk air serta sepotong roti. Berusaha untuk hidup rukun dengan tetangga.
3. Bersosialisasi di lingkunganÂ
Bersosialisasi di lingkungan dengan tetangga adalah bagian dari rutinitas keseharian.Â
Hal ini sangat penting untuk menjaga hubungan baik, bersikap baik, membaur dengan kegiatan di lingkungan. Sebagai contoh kecil, yakni mengikuti kegiatan Rukun Tetangga(RT) setempat.
4. Tetangga adalah orang tua kedua.
Setelah menempati rumah dan membaur dengan warga setempat, orang tua juga berpesan kepada saya untuk selalu bersikap baik dengan tetangga.
"Nduk, jadilah tetangga yang baik yho. Ibuk e sebelah jadikan orang tua keduamu yho, Nduk! Sebab, tetangga orang pertama yang bakal menolongmu jika membutuhkan bantuan."
Begitulah pesan kedua orangtua, agar saya bisa membawa diri dengan baik.
***
Pada suatu ketika, saya mengurus dokumen yang terkait dengan usaha (di bidang perdagangan) di Kelurahan. Sedangkan NIK saya masih terikat dengan keluarga yang berbeda kecamatan.
Dalam hal ini, tentu saja membuat ribet urusan. Saya harus bolak-balik mengurusnya.
Pak Lurah setempat menyarankan agar saya bergabung( nebeng) NIK-nya tetangga sebelah. Kebetulan, dua tetangga kanan dan kiri sangat baik layaknya keluarga.
Saran perangkat desa setempat agar saya menjadi anggota keluarga(family) tetangga sebelah kiri. Sebab, beliau lebih tua.
Alhamdulillah, pintu terbuka. Beliau bersedia menambahkan nama saya di Kartu Keluarga(KK). Hingga hampir tujuh tahun lamanya menjadi bagian keluarganya.
Hubungan saya dengan kedua tetangga dekat tidak hanya sebatas tetanggaan, namun sudah seperti keluarga sendiri.
Rasanya saya menemukan ketenangan, kebahagiaan dalam mengarungi hidup. Hingga pada akhirnya, takdir melepas bujang datang. Saya pindah KK kembali ke orang tua untuk mengurus surat nikah.
Setelah menikah, saya bersama suami mencabut KK dari orang tua lalu berdomisili di tempat memulai usaha hingga saat ini.
Alhamdulillah, hubungan dengan tetangga tetap terjaga dengan baik. Kami saling berbagi meski jarak rumah terpisah. Tetangga kanan kiri dulu hingga kini menjadi orang tua ke dua saya. Sekalipun saya sudah menempati rumah sendiri.
#HidupBertetangga
#ArtikelYuliyanti
#Tulisanke-389
#Klaten, 08 November 2022
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H