Di antara kerumunan orang yang tidak bisa dibelah, Allah menurunkan pertolongan. Entah dari mana asal mula, tiba-tiba saya bisa mendapati Ka'bah lalu menciumnya berulang-ulang.Â
Tidak cukup sampai di situ, saya mendapatkan celah cukup lebar untuk mendekati Hajar Aswad. Dan...sedikit lagi sampai di depannya. Namun, tangan ini belum bisa menjangkau karena terhalang tubuh-tubuh kekar.
Ketika saya mendongakkan kepala, orang bertubuh tinggi besar tersebut merangsek menuju Hajar Aswad yang dijaga beberapa petugas yang membuat nyali menciut.
Tetapi kedua tangan saya bisa menyentuh tepi batu yang menyatu dengan Hajar Aswad dan Ka'bah. Saat itu saya baru menyadari keberadaan ibu taklagi disamping saya.
Ya, genggaman tangan kami terlepas. Saya mencoba menengok, namun tertutup tubuh-tubuh yang cukup tinggi dan besar.
Tidak ingin kehilangan momen indah, seketika memanjatkan doa dan sebagai penutup saya cium batu dan Ka'bah berkali-kali.
Oh iya, bahwa batu dan Ka'bah tersebut memiliki aroma sangat harum banget, Pembaca.
Setelah menuntaskan sunnah mencium dan mengusapnya, saya teringat ibu dan langsung mencarinya. Secara perlahan menggeser tubuh ke kanan.
Syukur Alhamdulillah, saya menemukan beliau sedang berdoa dan mencium Ka'bah. Kemudian kami berpelukan, takkuasa menahan tangis bahagia.
Setelah rasa rindu Ka'bah terobati, kami bergerak setapak demi setapak keluar dari kerumunan menuju Hijir Ismail. Syukurlah, bertemu rombongan. Kami memasuki pintu Hijir Ismail, lalu sholat sunnah secara bergantian dalam penjagaan pimpinan biro.
Setelah selesai salat, saya dan ibu minta izin kepala biro untuk berdoa di bawah Talang Emas. Tempat mustajab yang menjadi impian jutaan muslim untuk berdoa di kawasan Ka'bah.